Saturday 27 October 2007

Review: Which Witch? - Eva Ibbotson



Mengeluarkan kodok dari mulut seseorang adalah sihir termudah bagi penyihir hitam. Namun tidak demikian dengan Belladonna. Mengubah mentimun hijau pucat menjadi pudding hitam agak berlemak pun tak bisa dilakukannya. Tak heran, karena dia adalah penyihir putih sejak ia masih bayi. Bahkan waktu bayi, ia telah menggunakan gigi geliginya hanya untuk menggigit tutup botol-botol susu supaya burung-burung bluetit bisa memakan krimnya. Walau jauh di dalam hatinya,  ia ingin menjadi penyihir hitam yang paling hitam.


Semua usaha telah dicobanya, namun tak satu pun yang berubah. Semua mantranya hanya menghasilkan begonia merah jambu atau keeping – keping salju indah, tak pernah ular berbisa ataupun kodok. Hal ini membuatnya merasa sangat minder bila bertemu dengan penyihir wanita lain. Apalagi jika Coven, pertemuan para penyihir perempuan, diselenggarakan. Dia benar benar dipandang sebelah mata bahkan lebih parah lagi, diabaikan. Belladonna tak pernah diajak dalam lingkaran hangat api unggun, ia hanya diperintah untuk menemani para familiar, binatang- binatang milik para penyihir.


Ada yang istimewa dalam Coven kali ini. Ketika mereka sedang seru-serunya melakukan kegiatan yang mereka sukai, tiba-tiba terasa gempa yang disusul dengan guntur yang menggelegar dan kabut yang menggulung tebal. Beberapa saat kemudian dari balik kabut muncul seseorang. Tak lain ia adalah Arriman Frederick Canker, si Angker, Pembenci Cahaya, Penyihir Utara. Semua julukan itu melekat padanya karena Arriman adalah penyihir paling hebat saat itu. dan kedatangannya di Coven adalah untuk mencari istri. Dibantu dengan Mr Leadbetter, sekretarisnya dan Lester, ogre miliknya, semua penyihir wanita diwajibkan untuk mengikuti kompetisi.


Setiap penyihir diwajibkan untuk memperlihatkan kemampuannya di hadapan Arriman dan dua juri lainnya. Juri yang dipilih adalah Mr. Chatterjee, jin dari India dan Setan Kuburan. Mereka akan membantu Arriman memberikan penilaian. Penyihir yang mendapat nilai tertinggilah yang mendapat kesempatan menjadi pendamping hidup Arriman. Semakin hitam sihir yang ditampilkan semakin besar kemungkinan untuk menang.Tentu saja kesempatan ini tak disia-siakan oleh para penyihir wanita, Ms Wrack, Ethel Feedbag. Si kembar Nancy dan Nora Shouter,Mother Bloodwort bahkan Belladonna pun bertekad untuk mengikuti kontes.


Beberapa saat kemudian, Belladonna menyadari bahwa ia tak memiliki sesuatu yang hebat untuk diperlihatkan kepada para juri. Sampai ia bertemu Terence dan cacingnya Rover. Ajaib, semua berubah, bersama Rover, Bella dapat mengubah mesin ketik menjadi sekumpulan ular berbisa begitu pula sebaliknya. Rencana pun disusun. Jika penyihir – penyihir lain meminta pelengkap tambahan untuk pertunjukan mereka, Belladonna bahkan tidak membutukan apa – apa. Tingkah itu membuat Mr Leadbetter sedikit bingung dan bertanya –tanya sihir hitam apa yang akan dipertunjukkan oleh Belladonna dihadapan Arraimen.


Penarikan undian pun dilakukan. Belladonna mendapat giliran paling akhir. Semua penyihir berusaha menampilkan yang terbaik. Nilai 9 diperoleh oleh Madame Olympia, enchantress yang memakai kalung untaian gigi manusia. Itu berarti Belladonna harus memperoleh nilai lebih tinggi untuk memenangkan kompetisi. Namun belladonna tak gentar sedikitpun karena ia akan meminjam Rover milik terence. Tak pernah beberapa hari sebelum giliran Belladonna, Rover tak terlihat dimana pun. Terence menjadi sangat panik. Belladonna tak mungkin melakukan sihir hitam tanpa familiar yang satu ini.


***


Two thumbs buat Eva Ibbotson. Cerita sihirnya tidak pernah garing walaupun tidak setegang para penyihir di Hogwarts. Sayangnya tidak ada ilustrasi untuk menggambarkan Kraken, yang menurut cerita, gerakannya yang paling lemah saja menimbulkan badai yang dahsyat dilautan. Dan tentu saja bayi kraken yang cengeng.


Sihir hitam benar-benar menakutkan. Bayangkan saja betapa menjijikkan jika ada kodok yang keluar setiap kali mengucapkan kata. Jadi ingat kumpulan dongeng jaman SD. Untung saja sekarang tidak ada penyihir hitam. Eh penyihir hitam emang ga ada tapi dukun banyak.



Which Witch?
Judul Indonesia: Penyihir Mencari Istri
Penulis: Eva Ibbotson
Penerjemah : Listiana Srisanti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: III, April 2005
Tebal 256 hal

Friday 26 October 2007

Review: Girls In Pants - Ann Brashares


Girls In Pants

Tak terasa musim panas ketiga telah menanti keempat sahabat ini. Liburan kali ini adalah liburan terakhir sebelum akhirnya mereka meninggalkan sekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi Semua telah memikirkan rencana masing masing setelah lepas dari sekolah. Lena memutuskan untuk masuk sekolah seni di Rhode Island School of Design(RISD) yang bertentangan dengan keinginan ayahnya , Tibby memilih sekolah film di NYU, Carmen masuk Williams dan Bee memilih Brown.

Seperti tahun kemarin, tentunya upacara ritual di Gelda’s yang mereka lakukan tak lupa melibatkan celana persaudaraan yang semakin usang. Namun tak peduli dengan kondisi celana persaudaraan, mereka masih menyakini celan itu akan membawa keaajaiban bagi mereka seperti tahun tahun sebelumnya

Lena
Kelas seni yang diikutinya ternyata sangat menarik. Itulah yang ditunjukkan oleh Lena. Kembali berhadapan dengan kuas, kanvas dan berbagai perangkat melukis lainnya serasa telah menjadi bagian hidupnya. Waktu terasa begitu cepat berlalu ketika ia berada si sana.
Tidak demikian dengan ayahnya. Beliau sangat terkejut ketika mengetahui putrinya mengikuti kelas lukis dimana model yang dijadikan obyek lukis tak mengenakan sehelai kain pun dan mendadak memutuskan untuk tidak membiayai kuliah Lena di RISD. Mendengar keputusan ayahnya, Lena tak kehabisan akal. Tak ada kata untuk mundur.

Tibby
Jika Lena harus berhadapan dengan ayahnya, Tibby harus menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan Brian, setelah semua yang terjadi saat pesta perpisahan berlangsung. Ia tidak yakin bisa mengubah status Brian dari teman ekat menjadi kekasih. Lebih lagi ketika kecelakaan yang menimpa Kathrine, adik perempuannya yang membuatnya merasa sangat bersalah.

Bridget
Musim panas kali ini Bridget kembali ke kamp sepak bola. Di sana ia bertemu teman –teman lama yang juga ikut 2 tahun lalu, tak lupa Eric Richman, pria yang sempat membuatnya patah hati. Tak disangka Bridget dan Eric akan menjadi patner. Seiring kebersamaan mereka Bridget menyadari perasaannya terhadap Eric muncul ke permukaan. Sayangnya ia harus kecewa ketika mengetahui bahwa kini ada Kaya, wanita yang mengisi hari-hari Eric.

Carmen
Banyak hal yang membuatnya stress di musim panas kai ini. Tidak hanya mengenai kehamilan ibunya, mengurusi Nenek Lena, Valia, yang menjadi pendiam dan aneh serta emosi yang meledak – ledak. Carmen ternyata juga tak kuasa menghadapi perasaan takut kehilangan terhadap semua yang dimiliknya di Washington DC.

**

Waiting for the fourth book!!!


Girls In Pants
The Third Summer of the Sisterhood
Penulis: Ann Brashares
Penerjemah : Monica Dwi Chrenayani
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I, Juni 2006
Tebal : 368 hlm

Thursday 25 October 2007

Review: The Second Summer Of the Sisterhood - Ann Brashares


The Second Summer Of the Sisterhood


Musim panas kembali menghampiri Lena, Tibby, Bee dan Carmen. Tentu saja Celana Persaudaraan masih menyertai petualangan mereka yang baru. Tulisan mereka di musim panas tahun lalu telah menghiasi beberapa bagian dari celana biru itu. dan tentunya akan bertambah lagi setelah liburan musim panas kedua ini berakhir.

Lena
Ia merasa tindakannya memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Kostos adalah kesalahan besar. Bukannya melupakan tetangga kesayangan Valia di Yunani sebaliknya setiap hari bayangan Kostos terus membayangi dirinya. Dan tentu saja Lena tidak lagi berbohong pada diri sendiri bahwa dirinya membutuhkan kostos ketika pria ini datang ke Washington DC. Sayangnya semua mimpi yang dirajutnya kembali harus terurai ketika suatu masalah berat tiba tiba membuat kostos harus kembali ke Washington DC. Tak hanay satu bahakn dua orang yang disayangi Lena harus meninggalkannya dalam waktu yang hampir bersamaan

Tibby
Musim panas ini Tibby mengikuti sekolah perfilman. Di sana ia beberapa teman baru. Namun hanya dua orang yang menarik perhatiannya. Bahkan ketika pertama kali melihat Alex dan Maura di kelas, Tibby berharap akan menjadi bagian dari mereka. Semua uluran tangan dari beberapa orang ditepisnya. Bahkan Tibby mulai bertingkah sesuai dengan persetujuan Alex dan Maura. Termasuk saat harus menentukan film dokumenter yang dibuatnya. Semua akan dilakukan sepanjang dianggap keren oleh kedua teman barunya ini.

Bee
Musim panas taun ini Bee tidak lagi mengikuti kamp sepak bola. Padahal semua orang tau bahwa ia sangat mencintai ola raga yang satu itu. Bee punya alasan yang kuat untuk tidak berpartisipasi. Ia belum sanggup untuk berjumpa lagi dengan Erik. Pelatih yang membuatnya patah hati setahun yang lalu.

Alabama adalah kota tujuannya kali ini. Ia bermaksud menemui nenek dari pihak ibu nya. Keputusan itu diambilnya ketika mengetahui bahwa selama ini ada rahasia yang disembunyikan oleh ayahnya. Untuk mewujudkan keinginannya, ia nekat berpura pura menjadi orang yang hendak membantu Greta, neneknya membersihkan rumah. Perjuangannya tak sia sia, satu demi satu rahasia tentang mendiang ibunya pun terungkap.

Carmen
Jika tahun lalu ia tak dapat menerima begitu saja keputusan ayahnya untuk menikah dengan Lydia, kali ini Carmen membuat ibunya pusing dengan tingkah lakunya yang kekanak-kanakan. Walau ingin ibunya bahagia, namun ia tak ingin ada pria yang masuk di kehidupan mereka. Lagi lagi satu kesalahan kecil dibuat oleh Carmen. Pria itu akhirnya memutuskan mundur dan itu membuat ibunya menjadi sangat murung.

Sekali lagi Celana Persaudaraan membagikan keajaibannya.

**

Buku kedua Celana Persaudaraan ini membuat saya ingin melihat wujud keempat sahabat ini. Bagaimana wajah Lena yang cantik, gaya Tibby yang cuek, rambut pirang bee dan tingkah Carmen yang selalu saja bertindak sekehendak hatinya. Sayangnya sampai tulisan ini diposting, saya belum ketemu ma DVDnya.


Friend in deed is a friend in need


The Second Summer Of the Sisterhood

Judul Indonesia: Celana Persaudaraan Musim Panas Kedua

Penulis: Ann Brashares

Penerjemah : Monica Dwi Chrenayani

Penerbit: PT Grameda Pustaka Utama

Cetakan: I, Juli 2004

Tebal: 416 hlm

Wednesday 24 October 2007

Review: The Sisterhood Of the Traveling Pants - Ann Brashares



Ini untuk pertama kalinya mereka tak menghabiskan liburan musim panas bersama. Musim panas merupakan penyatu kehidupan mereka. Sejak kecil bahkan ketika mereka masih dalam kandungan, mereka telah terikat satu sama lain. Carmen akan menghabiskan liburan bersama Ayanya, Al, di South Carolina. Lena akan berlibur bersama adiknya Effie Di Yunani.Bee akan mengikuti kamp sepak bola di baja California. Hanya Tibby Yang tetap di Washington DC untuk kerja sambilan di Wallman’s.

Hingga hari terakhir sebelum Carmen,Lena, Tibby dan Bee menjalani liburan sendiri sendiri, celana jins usang itu hanya terjejalkan di belakang pintu kamar Carmen. Celana itu dibeli Carmen di toko pakaian bekas di pinggiran kota Georgetown. Ajaib, celana biru itu ternyata pantas dikenakan oleh keempat sahabat itu. padahal mereka memiliki ukuran yang berbeda-beda. Melihat itu mereka sepakat untuk menyertakan celana itu dalam musim panas mereka kali ini. Bahkan mereka membuat upacara persahabatan untuk mengukuhkan celana itu sebagai Celana Persaudaraan. Setiap orang akan memiliki kesempatan untuk mengenakannya selama 2 pekan, setelah itu mereka harus mengirimnya ke orang berikutnya. Celana itu bahkan tak boleh di cuci dan deretan peraturan lain yang hanya diektehui oleh keempat sahabat itu. Musim panas kali ini orang yang pertama kali mengenakannya adalah Lena

Lena
Di Yunani, Lena mengunjungi kakek dan neneknya yang menyambutnya dengan suka cita. Lain dengan neneknya, Valia, yang dapat berbahasa inggris, kakeknya, Bapi, tak mengerti satu kalimatpun. Sehingga Lena tak dapat berkomunikasi dengannya. Padahal banyak hal yang ingin diceritakannya pada Bapi. Lena menyesal tak mempelajari bahasa lebih dalam. Padahal bahasa pertamanya waktu bayi adalah bahasa Yunani.

Petualangan pertama dengan celana persaudaraan dimulai ketika ia berkenalan dengan Kostos, pemuda tampan yang sangat disukai oleh Bapi dan Valia. Dalam sekali lihat, semua orang tahu bahwa Kostos menyukai dirinya. Namun entah apa yang mengusai Lena saat itu, Kostos ditolaknya mentah-mentah. Semua hal yang dilakukannya ditujukan untuk menjauhi Kostos. Sampai suatu insident membuatnya tersadar.

Tibby
Tak ada pilihan lain bagi Tibby selain melaksanakan semua kerja paru waktunya di Wallman’s. Di hari pertama kerjanya, rasa optimis Tibby di kacaukan dengan warna celemeknya. Belum apa-apa ia merasa bosan. Samapi suatu hari ada seorang anak perempuan yang pingsan menimpa piramida roll-on antierspirant. Anak perempuan itu bernama Bailey. Kesan pertama yang ditangkap Tibby, Bailey adalah orang yang harus dihindari. Namun setelah mengenal anak perempuan yang menderita leukemia lebih jauh, ternyata Bailey tidak seburuk yang ia pikir. Bahkan Bailey banyak memberinya pelajaran baru, memahami hal – hal yang selama ini tak pernah dilihatnya.

Bee
Perhatian bee di Kamp sepak bola kini tidak hanya bagaimana bermain sebaik mungkin. Bahkan ia nekad pindah kelompok secara sembunyi sembunyi agar dapat lebi dekat dengan salah satu pelatihnya, Eric. Segala usaha dilakukan untuk menarik perhatian pria yang satu ini. Bee tidak peduli terhadap semua larangan yang berlaku di kamp. Bahkan ia memanfaatkan Celana Persaudaraan untuk menaklukkan Eric, pria yang benar benar membuatnya lupa daratan

Carmen
Sejak orang tuanya bercerai, musim panas adalah saat –saat yang ditunggu oleh Carmen. Hanya saat lburan seperti inilah ia bisa bertemu Ayahnya, Al. Biasany ayahnya yang mengjunginya. Namun kali ini ayahnya memintanya untuk mengunjunginya. Seperti tahun tahun sebelumnya, Carmen yakin liburan kali ini akan menyenangkan. Carmen tak pernah menyangka ayahnya akan mengenalkannya pada Lydia, wanita yang kelak akan menjadi istrinya. Tak berhenti sampai di sana, mereka ternyata telah tinggal bersama dua anak Lydia, Paul dan Krista. Awalnya Carmen berusaha keras untuk menutupi kekecewaan terhadapa ayahnya, sayangnya rasa itu akhirnya membuatnya meledak dan melakukan hal yang tak hanya menimbulkan luka di hati ayahnya.

Celana Persaudaraan seakan menjadi saksi untuk semua hal hal yang dialami oleh Lena, Tibby, Bee dan Carmen. Senang, sedih, suka, duka yang dialami oleh keempat sahabat ini dapat terlihat di seluruh sisi celana biru itu. Tentunya banyak pelajaran baru yang mereka dapatkan bahkan celana ini pula yang membuat ikatan persahabatan mereka semakin erat.

***

Pengen deh punya sahabat seperti Carmen, Lena, bee dan Tibby >_<

Hiks…
Buku yang membuat saya terharu. Bahkan sempat terisak. Terutama semua bab yang berhubungan dengan Tibby dan Carmen.

Teenlit ini memang pantas bersanding dengan buku buku lain di rak. Makasih untuk Kobo dan Echan yang tetap berusaha menyakinkan saya untuk membaca buku yang satu ini.Satu yang menarik adalah quote –quote yang ada di setiap bab. Walau ada beberapa yang tidak saya mengerti.

The Sisterhood Of the Traveling Pants 
Judul Indonesia: Celana Persaudaraan

Penulis: Ann Brashares
 
Penerjemah : Monica Dwi Chresnayani
 
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
 
Cetakan: II, November 2004

Monday 22 October 2007

Review: Lunch Money - Andrew Clements


Lunch Money

Jika seseorang memiliki banyak uang, ia dapat membeli apapun yang ia inginkan. Kalimat itu memiliki arti tersendiri bagi Greg. Sejak kecil ia memiliki banyak cara untuk mengumpulkan uang. Dari membersihkan tempat tidur kakak-kakaknya, membersihkan ubin, bahkan mencabut rumput di halaman. Semua dilakukan untuk menambah pundi – pundi uang yang lebih banyak. Greg sangat ebat dalam mengatur keuangannya

Tak hanya di rumah, sekolah bahkan dilihat sebagai lahan yang menurut Greg akan sangat membantu dirinya menjadi lebih kaya. Greg memulai usahanya dengan menjual mainan. Awalnya semua mainan itu laku keras. Namun lama kelamaan teman – temannya mulai bosan. Bahkan Bu Davenport, Kepala Sekolahnya, melarangnya menjual mainan. Greg harus memikirkan cara baru. Akhinya pilihannya jatuh pada usaha untuk membuat komik mini. Tak ada halangan berarti karena Greg sangat mahir menggambar Ia telah mengetahui teknik membuat komik dengan sempurna. Pundi pundi emas Greg pun semakin banyak

Sayangnya semua itu terjadi hanya sesaat. Kesuksesan yang dimiliki Greg ternyata tak berlangsung lama. Ada yang berusaha merebut aliran pundi pundi emas miliknya. Setelah diselidiki ternyata pelakunya adalah seorang anak perempuan yang tidak asing lagi bagi Greg. Dari kecil, anak perempuan yang dikenal sebagai Maura Shawterus berusaha menyaingi Greg dalam segala hal. Mengetahui jika Maura melakukan usaha yang sama, kemarahan Greg memuncak. Pertengkaran dengan Maura tak terelakan lagi. Perselisihan mereka terus berlanjut. Bahkan membuat guru Mate-Matika mereka Mr Z turun tangan. Namun awal Mr Z tak membuahkan hasil karena keduanya sama sama ngotot. Tak dapat dicegah, masalah Mura Dan greg akhirnya terdengar oleh Kepala Sekolah, Bu Davenport. Untuk kesekian kalinya Greg harus berhadapan dengan wanita ini.

***

Uang, uang dan uang. Hanya kata itulah yang ada di benak Greg. Serasa hanya benda itulah yang paling penting dalam hidupnya. Yah tak kan habis waktu untuk membahas masalah yang satu ini. Untungnya, Greg sadar bahwa ada yang lebih penting dari semua pundi pundi emas itu.

Saya benar-benar iri dengan bakat yang dimiliki Greg. Apalagi dengan kemampuannya menggambar dan membuat komik. Sudah dari jaman SD saya selalu berusaha agar nilai yang diberikan guru kesenian berubah dari angka 5 ke angka 6. Sayangnya sampai saya lulus SD nilai itu bahkan tidak beranjak dari posisinya. Apa mungkin karena otak kiri saya mengambil alih semuanya sehingga tak ada satu pun ruang untuk otak kanan.


Lunch Money

Judul Indonesia: Uang Jajan
Penulis: Andrew Clements
Penerjemah : Mukti Mulyana
PT Serambi Ilmu Semesta

Cetakan I, Desember 2006

Tuesday 9 October 2007

Review: The Boys in the Striped Pyjamas - John Boyne



Sebuah buku biasanya disertai resensi singkat di sampul belakangnya. Cerita singkat tentang isi yang bisa memberi pentunjuk kepada para pembacanya. Namun lain halnya dengan buku ini. Yang bisa diketahui adalah bahwa buku ini menceritakan perjalanan seorang anak bernama Bruno. Tidak lebih.

Bukan bermaksud untuk merusak apa yang ingin disampaikan oleh sang pengarang. Namun tak ada salahnya berbagi menceritakan sedikit cerita tentang petualangan Bruno, seorang anak laki laki berumur 9 tahun. Petualangan Bruno berawal sejak ia dan keluarganya pindah ke Out-With. Tempat tinggalnya yang baru itu tak bisa diandingkan dengan rumahnya diberlin yang bertingkat lima. Tak ada jalan –jalan bagus, toko-toko, kedai buah dan sayuran juga dereatan kafe di Out With. Bahkan di hari sabtu, dia tak perlu berdesak-desakan dengan orang yang berlalu-lalang. Karena tempat ini benar-benar berbeda.

Bruno berusaha untuk mempertanyakan mengenai kepindahan mereka kepada Ayahnya, walau ia tahu tak dapat merubah keputusan yang telah dibuat sejak The Fury datang ke rumahnya untuk makan malam. Sehingga tak banyak yang dapat dilakukannya. Gretel, kakak perempuannya tak dapat banyak membantu. Walau tahu bahwa Gretel merasakan hal yang sama namun tak berarti bahwa pertengakaran kecil diantara mereka mereda.

Tak ada yang menarik di tempat tinggalnya yang baru ini. Begitu mengedarkan pandangan yang terlihatnya hanya serdadu yang mondar mandir ke sana ke mari. Tak ada anak anak yang bisa diajaknya bermain. Bahkan tak yakin bahwa ada anak anak seusianya yang tinggal di sekitar rumahnya, sampai suatu hari ia melihat keluar jendela. Tempat yang dilihatnya tak bisa dibilang indah tempat itu dikelilingi oleh pagar yang sangat tinggi yang dibagian atasnya terdapat kawat yang berbentuk spiral. Tak ada satupun tanaman yang menghiasi halamannya. Bangunan yang ada berdiri pun terlihat sangat aneh. Keanehan tak berhenti sampai di situ. Semua orang, anak anak sampai orang dewasa, yang berada di sekeliling pagar itu menggunakan pakaian yang sama: sepasang piama kelabu bergaris-garis, dengan topi garis garis di kepala mereka.

Bruno mengetahui bahwa dibalik pagar juga terdapat serdadu –serdadu, bahkn sekali ia melihat ayahnya berada di sana. Jika serdadu –serdadu itu sering diundang makan malam, anehnya tak satupun orang yang memakai piama abu-abu itu diundang ke rumahnya. Namun nasib akhirnya membawanya pada suatu kesempatan mendekati pagar yang tinggi itu. Walau ia tahu benar bahwa Ayah dan Ibunya memberi larangan keras. Di sanalah ia melihat seorang anak laki-laki yang berseragam dengan topi yang berwarna abu –abu itu. Tak ada sepatu ataupun kaus kaki yang melindungi kakinya. Di lengannya tedapat ban dengan tanda yang tak pernah dilihat sebelumnya. Dari percakapan singkat, Bruno mengetahui anak laki laki itu bernama Shmuel.

Pertemuan pertama mereka berlanjut dengan pertemuan – pertemuan berikutnya. Setiap kali Bruno datang, Shmuel pasti telah duduk menunggu.Bersama Shmuel, Bruno mulai menikmati kehidupannya di Out With. Walau hanya duduk dan berbagi cerita, itu sudah cukup. Tak terasa sudah berbulan –bulan berlalu sejak saat itu. Tak ada masalah. Sampai suatu hari Shmuel terlihat sangat sedih. Ternyata ia tak dapat menemukan ayahnya. Padahal sampai kemarin, shmuel masih menemuinya. Tak ingin melihat sahabatnya bersusah hati, Bruno berjanji akan membantu walau itu berarti ia meninggalkan banyak hal di luar sana. Bruno tak peduli.

**

Buku yang benar benar membuat saya kaget. Tak pernah menyangka jika akhir ceritanya seperti itu. Yang terbayang adalah suasana tempat Samuel tinggal. Walau mungkin tempat itu tak lagi ada, namun di suatu tempat diluar sana, pasti ada bahkan mungkin jumlahnya ratusan. Mereka mungkin tidak mengenakan pakaian yang sama dengan Samuel, namun penderitaan yang dialami mereka tak kalah perih.

Buku ini memang bukan buku untuk anak kecil, walaupun bercerita tentang seorang anak kecil yang benar benar lugu. Sampai gemes ngeliat semua pertanyaan – pertanyaan yang diajukannya. Bahkan sampai terakhir pun, sepertinya Bruno tak memahami apa yang sedang dilakukannya.

Buku yang aneh yang juga membuat saya kembali bertanya tentang hal hal yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu

The Boy in the Striped Pajamas
Judul Indonesia: Anak Lelaki Berpiama Garis – Garis
Penulis: John Boyne
Penerjemah : Rosemary Kesauli
Cetakan:  I, Juli 2007
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Thursday 4 October 2007

Review: Clair-De-Lune - Cassandra Golds



Kehidupan Clair~De~Lune tidaklah seindah gadis-gadis seusianya. Ia tak memiliki sanak keluarga kecuali neneknya. Kehidupan mereka sangat miskin. Dapat dilihat dari apartemen tempat mereka tinggal yang sangat sempit dan tua. Rasa dingin yang menggigit akan segera menyelimuti mereka begitu musim dingin tiba. Untuk makan sehari hari pun mereka tergantung dari upah yang diberikan tetangganya dengan membelikan titipan mereka. Namun semua hal itu bukanlah hal – hal utama yang membuat Clair~De~Lune bersusah hati dan membuatnya tak jarang menangis. Semua terletak pada ketidakmampuannya untuk berbicara.

Walaupun ia tak bisa berbicara, semua orang mengakui kemampuan menarinya yang tak kalah dengan ibunya, La Lune, seorang penari balet kenamaan. Bahkan decak kagum selalu didapatkannya dari Monsieur Dupoint, guru tarinya. Tentu saja semua itu membuat anak-anak perempuan yang lain menjadi sedikit iri. Tak jarang mereka melontarkan kata kata yang menyakitkan. Clair~De~Lune tak dapat berbuat banyak selain menangis.

Suatu hari, ketika latihan balet usai, Clair~De~Lune bertemu seekor tikus bernama Bonaventure yang juga sangat menyukai tarian gadis itu. Bahkan tak disangka Bonaventure juga sangat cakap dalam menari. Karena setiap hari ia memperhatikan bagaimana Monsieur Dupoint mengajari murid muridnya. Tak hanya itu saja, Bonaventure ternyata mampu berbicara. Tak berhenti sampai disitu, kejutan yang dioberikan binaventure pada Clair~De~Lune. Melalui tikus kecil itu, Clair~De~Lune mengetahui bahwa diapartemen tua itu terhubung dengan sebua pintu yang menghubungkan dengan tempat yang tak pernah dilihat sebelumnya, laut biru , kebun yang sangat indah bahkan gunung yang menjulang. perjalanan mereka berhenti pada sebuah biara. Di biara itu ia bertemu seorang Biarawan tua bernama Bruder Incmahome.

Pertemuan demi pertemuan dengan Bruder Inchmahome membawa banyak perubahan pada hidup Clair~De~Lune. Tari tak tampak lagi menjadi satu satunya hal yang penting dalam hidupnya. Bahkan satu demi satu mistery dalam hidupnya mulai terungkap. Termasuk misteri tentang kematian ibunya dan penyebab ia tak dapat mengucapkan satu kata pun.
***

Awalnya saya pikir buku ini akan bercerita tentang petualangan ballerina dan seorang tikus yang ringan, namun ternyata saya salah besar. Masalah yang dihadapi oleh Clair~de~Lune ternyata sangat rumit. Terlihat dari percakapan anatara Clair~de~Lune dengan Bruder Incmahome yang tak jarang membuat saya bingung.

Cerita yang sebenarnya bisa dibuat sederhana ternyata berjalan sangat rumit. Saya jadi tidak begitu menikmati setiap perjalanan mereka mengungkap rahasia.

Clair-De-Lune
Penulis: Cassandra Golds
Alih Bahasa : Vina Damayanti
Cetakan:  I, Juli 2007
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 232 hlm

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...