Friday 28 December 2007

Review: Keely (Hero of Lesser Causes) - Julie Johnston



Tak ada yang ditakuti oleh dua kakak beradik Patrik Dan Keely. Bahkan orang tua mereka pun rasanya tak mampu meredam semua tingkah aneh yang mereka lakukan. Seakan tak peduli dengan semua larangan keduanya, Keeli terus menerus memberikan tantangan baru pada Patrick, Begitu juga sebaliknya. Dari berlagak seperti Hitler di tengah kota, jalan di papan air terjun Taman Barnet, berendam di kolam penghisap darah yang membuat mereka kewalahan membuat lintah yang melekat sampai menunggang lola, kuda yang tinggal di padang rumput di belakang rumahnya, yang nyaris membuat kepalanya hancur. Keely tak pernah peduli tentang semua itu karena ia merasa dirinya adalah serang pahlawan yang dapat menyelesaikan semua hal dengan caranya sendiri.

Sampai musim panas tahun 1946 semua tidak lagi sama. Keceriaan yang biasa mewarnai hari-hari mereka berubah menjadi kelabu. Patrick terserang polio yang menyebabkannya harus berbaring lemah di tempat tidur. Tak hanya tangan dan kakinya lumpuh, polio menyebabkan semangat hidup Patrick juga ikut meredup. Seberapapun keras usaha ayah dan ibu untuk membuat suasana rumah kembali seperti dulu, Keely tahu semuanya takkan pernah sama

Namun Keely yang masih merasa dirinya seorang pahlawan tetap berusaha menghibur kakaknya dan menariknya kembali ke dunia mereka yang penuh dengan hal hal yang gila dan menyenangkan. Walaupun semua tidak membuat Patrick mau beranjak dari kamarnya. Lihat saja ketika Keely mengajak Ginny dan beberapa teman sekolah Patrick hanya membuat luka yang dirasakan kakaknya semakin dalam. Seolah tak peduli, Keely terus saja melakukan hal –hal yang dianggap Patrick konyol.

Beruntung, kedatangan Peggy sang perawat baru Patrick serta Alex yang bekerja mengurusi kuda seolah memberi tambahan energi baru bagi semuanya.


***

Dari semua teenlit yang saya baca, ini satu-satunya anak perempuan yang sangat hiperaktif. Dibandingkan dengan Alice dan Anastasia, Keely seakan tak mengenal kata lelah. Walau kadang terasa sedikit menjengkelkan, namun perjuangannya itu yang membuat saya kagum. Kalau bisa disandingkan, Keely tuh seperti Woody Woodpecker.

Berbicara tentang Patrick, rasanya ingin sekali menimpuk anak laki laki yang satu ini. Setidaknya untuk membuat dia sedikit sadar bahwa bukan hanya dia yang merasakan penderitaan. Kita tak pernah benar-benar memahami seseorang sampai kita merasakan apa yang ia rasakan. Tapi tidak berarti sampai harus membuat orang lain ikut sedih dengan penderitaan yang kita miliki

Dengan membaca buku ini, teenlit yang menurut saya hanya berisi cerita-cerita dangkal setidaknya berubah sedikit demi sedikit.


Keely
(Hero of Lesser Causes)
Julie Johnston
Penerjemah : Ade Reena
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan 1, September 2007
Tebal : 288 hlm

Review: Q&A - Vikas Swarup




Ram Mohammad Thomas hanyalah seorang pramusaji bar. Tak satupun pendidikan formal yang pernah dijalaninya. Namun siapa yang menyangka ia mampu memenangkan satu milliar Rupee di kuis Who Will Win A Billion. 13 pertanyaan yang diajukan oleh MC saat itu dapat dijawabnya dengan sempurna. Hal ini membuat semua tercenggang karena tak pernah ada dalam sejarah penyelenggara kus mengeluar uang sebesar itu kepada seseorang. Hal itu membuat mereka curiga bawa Ram Mohammad Thomas melakukan kecurangan. Polisi pun turun tangan. Ram di tangkap dan dipaksa menandatangani sebuah surat perjanjian yang menyatakan dirinya melakukan kecurangan. Ram tak punya pilihan lain.

Saat menjalani hukumannya, tiba- tiba datang seorang wanita yang mengaku sebagai pengacaranya. Ram tentu saja terkejut. Ia tak mengenal wanita itu. Terlebih lagi ia tak punya uang untuk menyewa seorang pengacara yang bernama Smita Shah. Namun Ram tak menolak begitu tahu bahwa pengacara itu ternyata mampu mengeluarkannya dari ruang penyiksaan.

Di rumah kediamannya, Smita Shah berjanji akan membantu Ram keluar dari masalah yang tengah membelitnya dengan satu syarat, Ram harus menceritakan semua hal. Awalnya Ram menolak karena berpikir Smita tak jauh berbeda dengan para polisi yang tidak percaya bahwa ia mempunyai jawaban untuk semua. Namu akhirnya Ram pun bercerita bagaimana ia dapat menjawab 13 pertanyaan itu satu demi satu dan mengungkap kehidupan pernik-pernik kehidupan Ram lebih dalam. dari Persahabatannya dengan Salim, kehidupan biara bersama Romo Timothy, bertetangga dengan seorang astronom perampokan di kereta api sampai perampokan yang terjadi di kereta yang ditumpanginya. Semua cerita mengalir tanpa ada satupun yang dikurangi Ram tanpa pernah bahwa Smita Shah adalah bagian dari cerita kehidupannya di masa lalu.


**

Satu lagi yang membuktikan bahwa buku lebih asyik ketimbang film. Ally tidak bilang kalau buku ini telah difimkan. Tapi kalau buku ini difimkan, pastinya akan menjadi ebih panjang dengan tarian dan nyanyian dari tokoh tokoh di dalamnya. Kapok deh nonton film india. Untungnya di buku yang stau ini tarian dan nyanyiannya nggak ada. Fuh Tapi di covernya buku ini akan difilmkan. Yang pasti kalau dibuat ma sutradara india pasti ada nyanyiannya.Ugh

Ally juga mau seberuntung Ram. Semua pertanyaan yang dikasih ma Dian Sastro tuh ga jauh dari keseharian. Hihihi.Pertanyaan di game Who Wants To be A Millionare aja agak susah ngejawabnya. Untuk meraih angka 1 juta saja susahnya bukan main. Bagaimana kalau benar – benar duduk di kursi panas yah?


Q&A
Penulis: Vikas Swarup
Penerjemah : Agung Prihantoro
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Cetakan: 1, Desember 2006
Tebal: 460 Hal

Sunday 23 December 2007

Review: The Bartimaeus Triology #1 - Jonathan Stroud




Bartimaeus, jin berusia 5000 tahun tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang anak kecil berhasil memanggil, mengikat bahkan menyuruhnya untuk melakukan tugas. Dalam hati ia yakin bahwa ada penyihir besar dan pengecut di balik semua pemanggilan itu. Namun ia tak punya banyak waktu untuk menanyakan hal tersebut karena ada tugas yang harus diselesaikannya dengan begitu ia dapat segera bebas.

Tugas itu tidaklah mudah. Ia diperintahkan untuk mencuri Amulet Samarkand yang memiliki kekuatan dahsyat. Amulet itu miliki seorang penyihir yang terkenal kejam dan ambisius, Simon Lovelace. Ia harus menembus beberapa lapisan plane, menghindari beberapa imp, sebisa mungkin menjauh dari Faquarl dan Jabor. Bahkan setelah mendapatkan Amulet dan menjauh dari kediaman Lovelace, Bartimaeus tak hanya mengindar dari kejaran Sphere namun menghindar dari commoner ekstrim yang hampir melukainya saat ia menyamar menjadi anak laki laki. Yang membuatnya kesal adalah ia harus menunggu sampai masternya memanggilnya di saat subuh menjelang.

Begitu menyerahkan Amulet dan menuntut kebebasannya, penyihir ingusan itu masih menyuruhnya untuk menaruh benda curian tersebut di ruang penyimpanan Mr Underwood, masternya. Ia tak punya banyak pilihan. Namun seakan sesuatu berpihak kepadanya, kecerobohan besar terjadi. Mrs Underwood yang tak mengetahui bahwa ada jin yang sedang diikat anak angkatnya, menyebut nama lahir penyihir kecil angkuh itu. Nathaniel, kata yang menjadi kunci besar yang dijadikan pegangan oleh Bartimaeus.

Tentu saja menjadi kerugian terbesar bagi seorang penyihir. Bahkan dapat menjadi al yang membawa seorang penyhir pada kemusnahan. Apalagi jika sampai diketahui lebih dari satu imp. Nathaniel sempat dibuat kalang kabut oleh jin yang satu ini. namun ia masih punya satu hal yang bisa digunakannya untuk mengikat Bartimaeus. Kaleng tembakau yang berisisi serbuk Rosemary. Lagi-lagi Jin ini harus menjalankan perintah penyihir kecil yang ternyata saat itu belum diberi nama penyihir oleh masternya.

Tugas Bartimaeus kali ini adalah memata-matai Lovelace, penyihir yang sempat menorehkan dendam di hati Nathaniel bertahun tahun. Seperti yang diduganya, pengamanan di sekitar kediaman Lovelace diperketat sejak pencurian yang dilakukannya. Beruntung ada imp kecil yang bertugas untuk mengirim surat – surat Lovelace yang dicegat oleh Bartimaeus. Satu demi satu rencana Lovelace pun terbongkar. Berdasarkan kalimat yang dibacanya, Bartimaues pun menuju Pinn’s Accoutrements, toko milih Mr Sholto, pria yang nampaknya turut dalam rencana besar Lovelace. Sayangnya penyamarannya kali terbongkar dengan mudah. di luar dugaannya Mr Sholto ternyata menghubungi polisi. yang menyelubungkan jaring yang membuatnya tak berdaya.

Nasib Nathaniel ternyata tak jauh lebih buruk dari Bartimaeus. Semua rahasia yang coba ditutupinya selama beberapa tahun akhirnya diketahui oleh Mr Underwood akibat kegelisannya menunggu Bartimaeus yang tak kunjung menampakan diri. Kemungkaran disertai ancaman terdengar dari setiap kata yang diucapkan masternya. Di antara rasa gelisah dan khawatir yang dirasakannya, kedatangan Simon Lovelace memperburuk semuanya. Nathaniel tahu bahwa kunjungan Lovelace si penyihir bengis ke rumah Mr Underwood bukanlah kunjungan biasa dan berhubungan dengan Amulet Samarkand yang dicurinya . Ia tahu bahwa kedatangannya kali ini akan mendatangkan sesuatu yang mengerikan.

***

Seru!!!

Satu kata untuk menggambarkan buku yang satu ini. Nggak nyangka kalau kehidupan jin seperti itu. Bahkan kehidupan penyihirnya tidak seperti penyihir di dunia Harry Potter, penyihir di dunia Nathaniel benar-benar diselubungi dengan kegelapan. Lihat saja tingkah Lovelace ketika bertemu Nathaniel untuk pertama kalinya.

Yang paling mengerikan tentu saja para imp yang ternyata bisa memakan manusia kapan saja mereka mau. Dan tentu saja dari gambaran yang diberikan Bartimaues tentang bentuk fisik mereka, dijamin tidak menyenangkan untuk ditemui di malam hari. Wajah Bartimaeus di sampul sudah cukup. Hihi...Walau sampai sekarang dunia jin tetap tidak tak terjamah dan diselimuti misteri. Yang pasti satu, mereka berdiri tak jauh dari tempat kita berada ^_^V

Walau udah masuk di rak sejak awal bulan juni beberapa hari terakhir ini kisah Bartimaeus dan Nathaniel ini saya baca. Itu juga karena hasil kesepakatan babar (baca bareng) Smartie. Kayaknya harus sering sering seperti ini. Setidaknya tumpukan buku bisa berkurang sedikit.

Seandainya buku ini difilmkan, harus dipastikan sutradaranya mampu membuat pembaca tidak kehilangan satupun momen yang mereka dapatkan dari setiap langkah yang dibuat oleh Bartimaeus.

The Bartimaeus Triology #1: The Amulet of Samarkand
Penulis: Jonathan Stroud
Penerjemah : Poppy Damayanti Chusfani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan:  I, Mei 2007
Tebal: 512 Hal

Wednesday 19 December 2007

Review: The Firework-Maker’s Daughter - Philip Pullman


Siapa yang tidak takjub melihat percikan api yang terlihat dari sebuah kembang api. Waktu SD dulu rasanya tidak lengkap kalau malam lebaran tidak ada kembang api yang dinyalakan. Beberapa hari sebelumnya saya memastikan M tidak lupa membeli beberapa bungkus kembang api. Setelah shalat Magrib, semua anak anak komplek berkumpul dan memulai ritual. Waktu itu kembang api belum secanggih sekarang. Tapi bagi kami itu sudah cukup.

Kembang api memberikan rasa tersendiri termasuk bagi Lila, anak perempuan Lalchand, pembuat kembang api di negeri yang sebelah timur dan sebelah selatannya dikelilingi oleh hutan belantara dan pegunungan.

Sejak kecil, Lila telah mengenal dengan baik jenis-jenis kembang api yang dibuat oleh ayahnya. Ia juga belajar bagaimana membuat Monyet Melompat, Bersin Emas, Cahaya Java bahkan membuat satu kembang api yang dinamakannya Setan Jumplitan.
Hari hari yang dilalui bersama Lalchand membuat Lila yakin kehidupan sebagai pembuat kembang api di masa depan pasti menyenangkan. Mendengar keinginan anak perempuannya, Lalchand dengan lantang menentangnya.

Hal itu membuat Lila sedih dan kesedihannya bertambah ketika tahu bahwa masih ada rahasia terakhir dalam pembuatan kembang api yang disembunyikan ayahnya. Dengan bantuan temannya Chulak, penjaga Gajah Putih( Gajah ini digunakan raja untuk menghukum pegawai istananya) rahasia pun sampai ke telinga Lila. Bahan itu tak lain adalah Sulfur Bangsawan yang hanya terdapat di Gunung Merapi.

Perjalanan Lila pun dimulai. Dari para perompak gadungan yang dipimpin oleh Rambashi sampai kondisi Gunung Merapi yang penuh dengan bebatuan terjal mencoba menghentikan langkah Lila. Namun tekad untuk menjadi pembuat kembang api mampu mengalahkan semua aral dan membawanya sampai ke gua sang Angkara Api, Razvani. Lila tak pernah tahu kalau ia harus membawa tiga bekal. Bahkan yang lebih parah tak setetespun air ajaib dari Dewi Danau Zamrud yang dibawanya dan tentu saja membuat Razvani semakin geram. Lila benar benar dalam bahaya!

***

Petualangan yang hebat!!! Ini yang mebuat saya sangat menyukai buku anak-anak. Rasanya ingin meminta Lila untuk membagi sedikit semangatnya

The Firework-Maker’s Daughter
Judul Indonesia: Putri Si Pembuat Kembang Api
Penulis: Philip Pullman
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Cetakan:  I, Oktober 2007
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tuesday 18 December 2007

Review: The Agony Of Alice - Phyllis Reynolds Naylor



Buku pertama ini bercerita tentang kehidupan Alice di kelas 6. Diawali dengan cerita kepindahan mereka untuk ketiga kalinya. Elizabeth bersama ibunyalah, tetangga pertama kali yang menyapa keluarga Alice ketika mereka baru saja selesai memasukkan barang-barang dari truk pengangkut barang kedalam rumah. Entah apa yang merasuki Alice saat itu. Keramahan Elizabeth dibalasnya dengan sikap yang bisa membuat hati Elizabeth terluka.

Masalah tak berhenti sampai di situ. Pemilihan bra sampai Celana Jeans ternyata cukup membuat Alice pusing. Namun ia tak dapat menyalahkan siapa pun untuk semua hal kecil itu. Walau dalam hatinya Alice berharap ia seperti anak perempuan lainnya yang memiliki ibu yang bisa memberinya jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukannya.

Hal itulah yan membuat Alice yakin untuk mengadopsi seorang ibu. Terlebih ketika ia melihat Miss Cole, guru kelas enak yang masih muda, modis dan sangat cantik. Dalam hati Alice berharap ia akan menjadi murid di kelas Miss Cole. Sayangnya, bukannya belajar di kelas ibu yang akan diadopsinya, Alice malah dijebloskan di kelas Mrs. Plotkin , wanita enam puluhan tahun yang badannya lebar seperti pir dan pakaiannya benar benar berbeda dengan Miss Cole, idolanya. Alice berpikir pasti ada kesalahan. Ia bahkan nekat menemui kepala sekolah. Namun tak banyak yang dapat ia lakukan. Mrs. Plotkinlah yang akan mengajarnya selama setahun ke depan

Secara perlahan Alice berusaha untuk menutupi kekecewaannya sampai Pamela datang dan berusaha untuk membuat keadaan kembali buruk. Pamela adalah teman sekelasnya, anak perempuan dengan rambut pirang yang panjang. Sikap dan prilaku Pamela sempat membuat Alice merasa gerah. Tanpa sadar terjadi insiden yang membuat pementasan sekolah saat itu menjadi sangat kacau.

***

Hampir di semua serial, Alice menemui masalah. Namun buku pertama inilah yang terasa paling berat bagi Alice. Tidak salah kalau judulnya The Agony od Alice .*Big hugs to Alice.

Walaupun semuanya tidak akan seburuk yang ia pikirkan kalau saja mau membuka mata lebih lebar. Yah, Alice masih terlalu muda untuk mengerti semua hal tersebut. Yang jelas, Alice tahu bahwa ia tak pernah sendiri. Ia masih punya Ayah dan kakak laki – laki yang siap membantunya kapan saja meskipun untuk beberapa hal mereka membutuhkan sentuhan wanita.

Ini buku pertama dari serial Alice yang saya dapatkan saat Gramedia MP menggelar pesta diskonnya. Sayangnya buku kedua tidak masuk dalam buku-buku yang dibiarkan tergelatak tak rapi. Nyari ditumpukan teenlit juga ternyata tidak ada. Harus pesan dari toko buku online. Artinya masuk waiting list lagi.

The Agony Of Alice
Judul Indonesia: Kasihaaan Deh Alice
Phyllis Reynolds Naylor
Penerjemah: Vina Damajanti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 1, September 2005
Tebal : 144 hal

Monday 17 December 2007

Review: Clockwork - Philip Pullman




Suatu malam yang dingin di sebuah kota kecil di Jerman, tepatnya di Kedai Kuda Putih, para penduduk kota berkumpul tak hanya untuk mengusir rasa dingin yang menggigit namun untuk mendengar kisah baru yang akan dibacakan oleh Fritz, seorang novelis yang memiliki kisah-kisah yang menarik. Tak jarang penduduk kota dibuatnya merinding karena cerita seram yang dibuatnya. Pendongeng berbakat, itulah julukan yang diberikan pada Fritz.

Sesaat sebelum Fritz membacakan cerita, Herr Ringlemann, si pembuat jam dan muridnya Karl datang.Melalui mulut Herr Ringlemanlah seluruh tamu di Kedai Kuda Putih tahu bahwa besok adalah hari besar bagi Karl. Besok, seluruh penduduk kota akan melihat patung baru di jam raksasa Glockenheim karyanya. Bukannya gembira Karl malah terlihat sangat muram. Namun oleh sang gitu semua itu dianggap kekhawatiran yang wajar. Tak disangka ternyata masalahnya jauh lebih rumit. Karena tak satupun patung baru yang akan keluar dari jam raksasa itu. Karl belum membuatnya. Ia pun mulai mengeluh tentang pekerjaan yang terasa menjadi beban baginya.

Mendengar keluhan Karl, Fritz mencoba menghiburnya. Mencoba menyakinkan bahwa Herr Ringleman akan memahami dan mungkin saja akan membantu kesulitannya. Namun rasa pesimis telah menyelimuti Karl, semua kata kata Fritz dibalasnya dengan lebih banyak keluhan. Ia tak mengetahui bahwa Fritz juga mengalami masalah yang tidak kalah sulit. Cerita yang akan dibacakannya malam ini ternyata belum memiliki akhir yang jelas dan Fritz tak punya waktu lagi kecuali segera membacakan ceritanya

Seperti yang diharapkan, cerita Fritz kali ini benar benar hebat. Membuat semua tamu di kedai terkesima. Kejutan demi kejutan mereka dapatkan dan kejutan paling besar adalah ketika Dr Kalmenius, salah satu tokoh muncul dihadapan mereka. Cerita berakhir. Hampir seluruh orang termasuk Fritz meninggalkan kedai karenanya.

Seakan tahu kesulitan yang dialami Karl, Dr Kalmenius menawarkan sesuatu yang dapat menyelematkannya dari rasa malu. Patung besi yang berbentuk kesatria berbaju zirah yang sedang memegang pedang tajam. Melihatnya, Karl tahu masalahnya telah terselesaikan. Ia tak pernah mengira, petaka justru datang dari patu yang diberi nama Mr Ironsoul.

***

Huah...what a great author.!

Untuk pertama kalinya ada buku anak anak yang membuat saya menjadi merasa merinding apalagi membaca deskripsi tentang Dr Kalmenius yang misterius. Para hantu benar-benar ingin memberikan kejutan besar pada Fritz.

Seperti halnya debu di dunia Lyra, ada beberapa bagian yang membuat saya harus membacanya pelan–pelan karena semua yang berhubungan dengan Mr Ironsoul sendiri tidak muda untuk dipahami. Mungkin karena hawa jahat yang mengelilingi patung yang satu itu. 

Tak seperti di buku anak – anak lain, Ilustrasi dan catatan tambahan di buku ini sungguh beda. Hal itu juga yang menjadi daya tarik tersendiri


Clockwork
Judul Indonesia: Si Pembuat Jam
Penulis: Philip Pullman
Penerjemah : Poppy Damayanti Chusfani
Cetakan:  I, November 2007
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Sunday 16 December 2007

Review: Stardust - Neil Gaiman



Di suatu masa ketika para peri, goblin, naga, basilisk, ribuan makhluk aneh dan tentu saja penyihir jahat masih berkeliaran, berdiri sebuah desa kecil selama enam ratus tahun di atas tonjolan batu Granit. Desa itu disebut Desa Tembok. Nama yang diambil karena di bagian timur desa tersebut terdapat sebuah tembok batu klabu yang sangat tinggi. Merentang dari hutan dan kembali memasuki hutan. Hanya ada satu celah dari tembok itu. Padang rumput luas menghijau terlihat jelas melalui celah itu. Sayangnya tak mudah untuk masuk celah itu. Karena secara turun temurun, ratusan bahkan ribuan tahun, celah itu diawasi oleh dua penjaga. Mereka benar benar tahu apa yang harus dilakukan pada orang –orang yang nekat melanggar aturan. Walaupun penjagaan sedikit dilonggarkan ketika perayaan musim semi berlangsung, perayaan yang hanya diselenggarakan selama sembilan tahun sekali di padang rumput dibalik tembok

Tristran Thorn, bayi yang lahir beberapa bulan setelah pesta musim, tumbuh menjadi seorang pemuda yang tak bisa melepaskan padangannya sedikitpun dari Victoria Forester, gadis yang diyakininya sebagai perempuan yang tercantik. Untuk masalah yang satu itu, Tristran tentunya tak sendirian, semua lak laki di Desa Tembok juga mengagumi kecantikan Victoria Forester. Wanita ini sendiri tak pernah menanggapinya serius siapapun yang mendekatinya. Sampai suatu malam di bulan oktober, Miss Forester berjanji akan memenuhi semua yang diinginkan Tristran asalkan ia berhasil mendapatkan bintang jatuh. Arah jatuhnya ternyata ke sebelah timur dan itu berarti Tristran harus melewati celah yang dijaga ketat.. Dengan memegang janji Miss Forester, Tristan nekat mencarinya di antara lebatnya hutan misterius

Di saat Miss Forester melihat bintang jatuh, ternyata di tempat yang lain, ada tiga wanita tua yang juga menyaksikan hal yang sama. Seperti wanita yang dikagumi Tristran, mereka tak lain adalah para penyihir, yang tak hanya menginginkan bintang jatuh, mereka bahkan telah lama menunggu peristiwa ini. Bintang jatuh ini ternyata mempunyai khasiat tersendiri. Yang jelas mampu membuat mereka kembali menjadi muda.

Tristran nampaknya harus berburu dengan waktu. Karena tak hanya tak memiliki arah maupun petunjuk di mana tepatnya bintang tersebut jatuh. Namun ia juga harus berhsaing dengan salah satu penyihir yang memiliki kekuatan yang tidak dapat dianggap enteng. Tak hanya itu, karena masalah sendiri pun datang dari sang bintang jatuh yang ternyata bentuknya tak seperti yang ia bayangkan.

**

Kalau bukan karena postingan Echan tentang film Stardust, mungkin buku ini akan tetap tidak saya selesaikan. Mengingat buku – buku lain yang lebih menggiurkan membuat saya mampu berpaling setelah membaca buku ini beberapa bab. Thanks Echan. Semoga filmnya ga kalah dengan bukunya. Ally pengen lihat scene yang memperlihatkan perayaan musim semi setiap sembilan tahun sekali itu. hehehe

Stardust adalah buku Neil Gaiman yang pertama kali saya baca. Tidak ada komentar yang lebih untuk buku yang satu ini. Yang jelas, saya sangat menyukai caranya menuturkan cerita. Sayangnya mahkluk hutan yang muncul masih kurang. Walau begitu tetap membuat saya jadi penasaran dengan ANANSI BOYS. Banyak yang bilang buku yang satu ini jauh lebih menarik. Satu – satunya cara untuk mengetahuinya tentu tidak lain adalah dengan segera melahapnya. Fuh..semoga tidak harus menunggu buku ini difilmkan terlebih dahulu. 


Stardust
Judul Indonesia: Serbuk Bintang
Penulis: Neil Gaiman
Penerjemah: Femmy Syahrani Ardiyanto dan Herman Ardiyanto
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Januari 2007
Tebal : 256 hlm


Thursday 6 December 2007

Review: Misteri Soliter - Jostein Gaarder





Buku ini sebenarnya sudah saya simpan di rak khusus untuk buku uku yang telah selesai saya lahap. Bahkan ketika saya mncarinya, buk karangan Josten Gaarder ini berada di deretan paling bawah. Sampulnya sudah sedikit koyak, bahkan dibeberapa halaman ada beberaa sidik jari dan noda coklat yang mungkin terciprat dari suatu makanan atau minuman. Yah saya pernah meminjamkan buku ini ke dua orang. Mungkin salah satu dari mereka. Karena saya tidak akan pernah menyentuh makanan yang bisa meninggalkan jejak kotor ketika membaca buku.

Saya membaca ulang buku ini hanya masalah sepele. Ada seseorang yang mengatakan bahwa ia benar benar terinspirasi dari buku ini bahkan menganjurkan saya untuk membacanya. Semua itu membuat saya bertanya. Apa daya tarik lebih dari Mistery Solitaire in? Karena seingat saya Gadis Jeruk, Perpustakaan Bibbi Bokken, Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng jauh lebih menarik dari cerita tentang perjalanan Hans Tomas dan ayahnya dari Norwegia ke Yunani untuk mencari Anita,ibunya. Ataukah saya telah benar benar lupa isi cerita dari buku yang saya baca tahun 2005 kemarin?

Akhirnya hari minggu kemarin saya memutuskan untuk memulai lagi dari awal. Dan mencari sumber inspirasi yang dimaksud.

Ingatan saya tentang buku ini tidak begitu buruk. Saya masih benar benar ingat perjalanan Anak – Ayah ini dengan “perhentian untuk merokok”,di mana sang ayah akan mengajak hans untuk berdiskusi mulai dari wanita yang mereka cari sampai tentang kehidupan.. Membahas pertanyaan yang mungkin muncul disetiap benak manusia yang bena benar meluangkan waktu untuk memaami hidupnya. Siapa saya? Dari mana saya berasal? Atau bahkan yang paling mendasar, Apakah Tuhan itu benar benar ada?

Serangkaian Misteri bermula ketika mereka berhenti di sebuah Pom Bensin untuk menanyakan jalur terdekat yang dapat mereka tempuh dari dari Swiss menuju Venesia pada lelaki yang ukuran tubuhnya menyerupai kurcaci dalam dongeng. Anehnya pria kecil ini mengetahui bahwa mereka berasal dari Anderal, Norwegia. Padahal baik Hans dan Ayahnya tak memberi tahu bahwanya. Begitu selesai menunjukkan jalur yang diminta, Pria kecil itu memberi hans sebuah kaca pembesar. Walau merasa aneh, Hans tetap menerimanya.

Dorf, itulah tempat yang dianjurkan oleh pria di pom bensin. Sayangnya itu bukanlah jalur yang tersingkat malah sebaliknya mereka harus memutar jalan lebih jauh untuk sampai ke Venesia. Akhirnya ayah Hans memutuskan untuk beristirahat. Keesokan harinya mereka tidak hanya menjelajahi pengunungan di kota ini pula, Hans mendapatkan sebuah buku mungil dari seorang tukang roti.

Buku tersebut benar benar mungil dan untunglah hans memiliki sebuah kaca pembesar sehingga bisa membaca setiap huruf yang tercetak didalamnya. Hal itu membuat Hans menarik kesimpulan bahwa ini bukanlah sebuah kebetulan semata.

Buku mungil yang berjudul Soda Pelangi dan Pulau Ajaib itu bercerita tentang petualangan seorang pelaut yang juga bernama Hans disebuah pulau yang dihuni oleh seperangkat orang yang masing masing mewakili sebuah kartu remi.

Cerita itu bukan hanya sebuah dongeng biasa. Cerita yang membuat tak hanya Hans bahkan saya pun harus membacanya secara dengan hati hati agar tak satupun yang terlewatkan. Satu demi satu misteri pun terkuak seiring dengan perjalanan menuju Yunani.

Walau akhirnya hanya Hans yang benar – benar mengerti makna dari buku mungil itu. Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh ayahnya di setiap pemberhentian untuk merokok akhirnya bisa dijawabnya. Bakan tentang Takdir sekalipun. Yang tersisa hanyalah saya dengan yang masih berusaha mencari sesuatu yang sampai tulisan ini saya posting belum juga saya dapatkan. Ataukah buku ini memang hanya bisa dimengerti oleh orang – orang yang benar benar mengerti tentang filsafat yang mengerti tentang makna kehidupan?  Atau karena saya sudah mempunyai jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan di “pemberhentian untuk merokok” itu ? atau yang paling parah, saya tidak benar – benar paham untuk puluhan chapter yang telah saya baca? Entahlah.

Ps: Sampul versi indonesia ga ketemu 

Review: The Sisters Grimm - Petualangan Detektif Dongeng - Michael Buckley



Sejak orang tua mereka menghilang tanpa jejak, Sabrina dan Daphne Grimm harus tinggal di panti asuhan. Mereka telah berkali kali diadopsi oleh beberapa keluarga. Sayangnya keluarga – keluarga itu bukanlah orang tua yang baik. Ada yang memborgol mereka di kulkas, menyuruh mereka tidur di truk atau bahkan memengunci mereka di dalam rumah selama seminggu. Semua hal itu membuat kedua kakak beradik ini berkali kali kembali ke panti asuhan.Tentu saja itu membuat Madam Smirt, pengurus panti asuhan, menjadi sangat gerah.

Untunglah tak lama berselang ada seorang wanita yang tinggal di Ferryport landing, New York yang bersedia mengasuh mereka. Madam Smirt berkata wanita tua itu tidak lain adalah nenek mereka. Sabrina tentu saja tidak percaya begitu saja dan berusaha menyakinkan Madam Smirt bahwa wanita itu tidak jauh berbeda dengan para penipu yang mengasuh mereka sebelumnya. Karena nenek mereka telah lama meninggal. Setidaknya itu yang dikatakan oleh ayah mereka sebelum mengilang. Namun Madam Smirt tak peduli dengan semua yang dikatakan Sabrina. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana menyingkirkan kedua anak perempuan ini dari panti asuhannya.

Sampai di stasiun, Nyonya Grimm telah menunggu mereka. Ia berdiri bersama seorang pria yang dikenalkannya sebagai Tuan Canis, pelayan yang membantunya mengurus rumah. Dengan mobil butut, mereka meninggalkan stasiun dan menuju rumah pendek dan lebar yang memiliki dua lantai dan pintu yang aneh. Gembok yang digunakan untuk menutup pintu tersebut sangat banyak. Bahkan Nyonya Grimm memiliki ratusan kunci yang digunakan untuk membuka gembok tersebut. Tak hanya diluar, di dalampun tak kalah anehnya. Tumpukan buku dengan judul yang sangat aneh tergelatak di mana mana. 365 Cxara untuk memasak Naga adalah diantaranya.

Kecurigaan Sabrina terhadap wanita tua ini semakin besar ketika melihat foto foto yang bergelantungan di dinding. Tak satupun foto yang menunjukkan bahwa wanita ini adalah ibu ayahnya. Kecuali foto seorang bayi. Namun Sabrina merasa itu tak cukup untuk mengakuinya sebagai nenek. Namun lain halnya dengan Daphne. Adik Sabrina ini seperti tersihir. Apalagi ketika melihat makanan yang terlihat sangat lezat dihidangkan. Seakan diburu oleh waktu, Daphne segera melahap semua yang ada dihadapannya. Namun Sabrina tak menyentuhnya sedikitpun karena takut ada racun yang telah dituangkan didalamnya. Setelah berkali kali tinggal di rumah orang orang yang membuatnya menderita, Sabrina bersikap sangat hati hati. Bahkan memutuskan untuk melarikan diri begitu ada kesempatan.

Ketika malam semakin larut, Sabrina segera mengajak Daphne untuk melarikan diri. namun di luar rumah ternyata tak jauh lebih buruk. Segerombolan serangga yang dipikirnya kunang – kunang tiba tiba menyengat dirinya dan Daphne. Hal itu membuat Sabrina sangat terkejut karena selama ini tak ada kunang – kunang yang menggigit. Untunglah Nyonya Grimm segera menemukan mereka. Dari Nyonya Grimm, mereka tahu bahwa mereka bukan kunang – kunang namun segerombolan Pixie. Sayangnya tak ada penjelasan lebih lanjut mengenai serangga ini karena begitu sarapan pagi selesai mereka diajak Nyonya Grimm untuk menyelidiki sesuatu.

Sebuah rumah porak poranda.itulah yang dilihat oleh Sabrina dan Daphne. Bersama Anjing yang bernama Elvis, Nyonya Grimm mencoba mencari berbagai bukt dan semua mengarah pada satu kesimpulan bahwa rumah itu dihancurkan oleh seorang raksasa. Raksasa? Bagaimana mungkin? Bukankah semua itu hanya ada di buku dongeng. Sabrina tentunya tak bukan gadis bodoh yang mempercayai semua yang diucapkan oleh Nyonya Grimm.

Sesampai di rumah, Nyonya Grimm menjawab semua pertanyaan yang muncu di benak kedua cucunya. Ia menjelaskan bahwa mereka adalah keturunan Grimm Bersaudara, yang telah mengahsilkan karya – karya klask tentang dongen dan keajaiban. Bahkan Nyonya Grimm mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang selama ini hanya dikenal Sabrina Dan Daphne di buku dongeng seperti putri salju, Ratu Hati, tujuh kurcaci, bahkan Jack si penakluk raksasa hidup di Ferryport Landing. Sebagai detektif dongeng, Nyonya Grimm tak dapat membiarkan begitu saja musibah yang telah menimpa rumah yang ditinggali oleh Tuan Applebee.

Sayangnya, belum juga petunjuk berikutnya mereka dapatkan, Nyonya Grimm dan Tuan Canis diculik oleh raksasa. Penculikan itu yang terjadi di depan mata Sabrina. Hal itu membuat semua dinding kecurigaan yang dibangunnya selama ini rubuh seketika. Terutama ketika melihat sosok raksasa mengerikan yang membuat diri mereka diam membeku. Tak satu ide yang keluar dari benak mereka.

***

Dari judul sampulnya saja, saya sudah menduga kalau buku ini pasti ada ubungannya dengan The Brothers Grimm yang terkenal. Tokoh – tokoh dalam dongeng tentu saja muncul di beberapa bagian. Pasti seru bisa bertemu dengan mereka. Asal tidak kebagian mantera jahat dari nenek sihir dengan sapu terbangnya. Yang lucu tuh ternyata Putri Salju sampai sekarang masih trauma dengan apel merah.

Yang jelas tinggal di rumah Nyonya Grimm pasti menyenangkan. Tumpukan buku tentang tokoh-tokoh dongeng belum lagi bisa melihat semua koleksi koleksi benda ajaibnya dan tentu saja kulkas ajaib yang tidak pernah kosong. Saya mau deh jadi cucunya Nyonya Grimm.

Kalau difilmkan gimana yah?

The Sisters Grimm: Petualangan Detektif Dongeng
Penulis: Michael Buckley
Penerjemah: Mutia Dharma
Cetakan I, Januari 2007
Penerbit:  Qanita
Tebal: 320 hal

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...