Monday 4 February 2008

Review: Anansi Boys - Neil Gaiman


Dewa sudah mati. Kenalkan, anak-anaknya.

Jika ayah Fat Charlie menamai sesuatu, nama itu pasti melekat. Misalnya julukan "Fat Charlie". Sekarang pun, dua puluh tahun kemudian, Charles Nancy masih tak bisa melepaskan diri dari nama itu, salah satu dari banyak "hadiah" memalukan yang diberikan ayahnya--sebelum ayahnya roboh dan mati di panggung karaoke dan menghancurkan kehidupan Fat Charlie.

Mr. Nancy mewariskan beberapa hal untuk Fat Charlie. Misalnya, pria asing jangkung dan tampan yang muncul di ambang pintu Charlie. Rupanya dia saudara yang belum pernah diketahui Charlie. Saudara yang bertolak belakang dengan Charlie bagai langit dan bumi, saudara yang akan menunjukkan cara bersantai dan bersenang-senang sedikit... persis Ayah Tercinta. Dan tiba-tiba, hidup mulai menjadi sangat menarik bagi Fat Charlie.

Soalnya, ayah Charlie tidak seperti ayah kebanyakan. Dia Anansi, dewa jail, dewa laba-laba. Anansi adalah semangat pemberontakan, mampu menjungkirbalikkan tatanan sosial, menciptakan kekayaan dari ketiadaan, dan membingungkan sang Iblis. Konon dia bahkan mampu mengecoh Maut.

Anansi Boys adalah karya dengan kecerdikan memukau, perjalanan kaleidoskopis jauh ke dalam mitos mencengangkan, mengerikan, menggairahkan, dan sangat lucu--novel yang benar-benar menakjubkan, sampai-sampai Stephen King menjuluki penulisnya "peti harta karun kisah-kisah, dan kita beruntung memiliki dia.

Mendengar kata laba-laba, yang terbersit dalam kepala saya tentu saja sebuah hewan mungil berkaki 8 dengan jaring-jaringnya yang rapuh. Jaring yang bergelantungan di pagar terkadang bercampur dengan embun pagi dan membuat saya tidak tahan untuk menyentuhnya. Dalam sekejap sarang itu tak lagi berbentuk dan sang pemilik segera menyingkir. 

Beberapa tahun kemudian, bayangan itu berubah menjadi Mr Peter yang mengenakan kostum merah birunya dengan opening theme lagu rap yang tak kunjung saya hapalkan. Bergnti dengan Mr Peter dalam wujud manusia dan terakhir kembali menjadi hewan disebuah perternakan yang bertahan sampai akhir tahun lalu. Karena sekarang laba-laba yang baru adalah seorang pria yang sangat jail. Seakan tak peduli, anak sendiri bahkan menjadi korban kejailannya. Dia Anansi, Dewa Jail, Dewa Laba-Laba.

Karena dirinyalah, tak seorang pun memanggil Fat Charlie dengan nama aslinya. Waktu kecil memang bertubuh gemuk, namun itu hanya beberapa tahun. Sayangnya julukan itu seakan tak mau lepas darinya. Yah, jika sesuatu telah dinamai oleh ayahnya, Anansi, nama itu pasti melekat. Entah apalagi yang dilakukan Anansi yang membuat Fat Charlie akhirnya memutuskan untuk tinggal sejauh mungkin dari ayahnya. 

Suatu hari ia mendapatkan kabar dari Mrs. Higgler, bahwa ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak, Fat Charlie merasa wajib terbang menuju Florida.untuk memberikan penghormatan terakhir. Dari wanita tua itu juga, ia mengetahui bahwa dia memiliki seorang saudara laki-laki. Ia yakin Mrs. Higgler bercanda, karena seingatnya ia adalah anak tunggal. Namun Mrs. Higgler bersikeras bahwa ada pria itu benar-benar nyata. 

Pria jangkung dan tampan itu bernama Spider. Muncul di depan pintu apartemen Charlie tak lama setelah ia mengucapkan keinginannya kepada seekor laba-laba. Tak ada kecurigaan sama sekali pada pria yang mengajaknya keluar untuk sedikit bersenang-senang pada suatu malam. Sampai ia mengetahui bahwa Spider mulai melakukan sesuatu yang sangat buruk pada pekerjaan. Bahkan dengan berbagai alasan, Spider mulai berusaha merebut Rosie, tunangannya. Charlie seakan tak punya kekuatan untuk mencegah semuanya bahkan untuk mengusir Spider dari apartemennya sekalipun.

Novel kali ini berhasil membuat saya merasa geram pada dua tokoh sekaligus, ayah dan kakak Fat Charlie. Mungkin karena keduanya memiliki sifat yang mirip. Tak sanggup rasanya menjalani hidup jika punya saudara seperti Spider apalagi Ayah seperti Mr Nancy. Fat Charlie yang malang. 

Setelah Coraline dan Stardust, novel Neil Gaiman ini jauh lebih menarik. Salah satunya karena adanya sisipan dongeng tentang sisi lain Anansi. Semoga cerita Neverwhere akan semenarik novel yang satu ini. Yang jelas, dari resensi yang ada disampul belakang, Neil akan membawa sang tokoh menjelajahi dunia lain. Seperti yang dialami tokoh-tokoh lain. 

Anansi Boys (Anak-Anak Anansi)  
Penulis: Neil Gaiman 
Alih Bahasa: Femmy Syahrani Ardianto 
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama  
Cetakan: 1, Agustus 2007 
Tebal: 432 hlm

No comments:

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...