Friday 1 February 2008

Review: Kupu - Kupu Dalam Kotak Kaca





Kupu-Kupu Dalam Kotak Kaca. Kata-kata yang tertera di sampul depan buku ini membuat saya penasaran dengan penulis yang ternyata berjumlah 9 orang ini. Sehingga tidak heran jika profil singkat setiap penulis menjadi bagian pertama yang menjadi perhatian saya. Mengingat buku ini adalah karya para penulis Makassar yang saya baca untuk pertama kalinya


Dari daftar isi terlihat bahwa mereka masing-masing menuliskan dua cerpen


Awalnya saya berpikir semua penulis akan menulis kupu-kupu sebagai tema cerpen mereka. Mengingat kata-kata tersebut yang dijadikan judul. Namun saya keliru. “Kupu-Kupu Dalam Kotak Kaca” ternyata adalah judul salah satu cerpen yang ada dalam buku ini


“Kupu-Kupu dalam Kotak Kaca”, cerpen milik Rahmat Hidayat, adalah benda yang menjadi sumber permasalahan seorang pria. Kupu –kupu yang diawetkan tersebut diterimanya sebagai hadiah penikahan yang diberikan oleh seorang sahabat. Seperti memiliki kekuatan sihir, pria tersebut menghabiskan hampir seluruh waktunya memandangi kotak tersebut. Tak heran jika istrinya mulai memberikan komentar tak sedap dengan nada penuh kemarahan dan merasa bahwa kupu-kupu dalam kotak kaca tersebut harus disingkirkan sebelum pernikahan mereka berantakan.


Selesai membaca cerpen tersebut pertanyaan pun muncul dibenak saya. Atas dasar apa para penulis ataupun penerbit memilih cerpen tersebut menjadi judul yang mewakili semua cerita yang ada? Mengapa mereka tidak memilih satu judul yang menggambarkan seluruh cerpen yang ada? Ataukah hal tersebut wajar dalam sebuah kumpulan cerpen? Untungnya pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab hingga saya menuliskan review ini, tak membunuh rasa penasaran saya pada cerita-cerita yang lain


Kebanyakan dari cerpen-cerpen yang ada ternyata benar-benar pendek. Hampir semua cerita yang ada kembali membuat saya menyusun beberapa pertanyaan. Saya memang jarang membaca sebuah kumpulan cerpen. Tapi beberapa buku tersebut tidak sampai membuat saya harus mengernyitkan alis karena kebingungan. Karena belum juga saya memahami cerita yang disuguhkan, ternyata mata saya telah sampai pada paragraf terakhir dan membuat saya harus membaca ulang hanya karena ingin mendapatkan inti dari cerita tersebut


Walaupun tak jarang dari cerita-cerita itu yang membuat saya tersenyum simpul. Salah satunya adalah “Jen”, karya Muh. Fauzan Mukrim (Ochan) yang menggambarkan seorang pria yang sangat membenci dengan segala hal yang berbau militer bahkan menyimpan trauma masa kecil. Senyum simpul saya kembali mengambang ketika membaca “Telepon” milik D. Hendiyanto dan “Tahi dan Tikus” karya Bouraq Cambuq


Diantara ke 18 belas cerpen tersebut, “Gwendollyn” karya Shanti Yani Natsir menjadi cerita yang paling saya sukai. Cerpen ini memiliki bentuk penyajian yang berbeda. Dan mampu menimbulkan rasa gemas dengan tokoh Gwen. Berulang kali saya meneriakkan kata “Lawan!“ dalam hati pada Gwen ketika sang ibu berusaha menorehkan warna biru pada bagian tubuh anak perempuannya melalui cubitan, pukulan kemoceng dan sapu, sampai cambukan ikat pinggang. Yang terasa aneh, tak satupun trauma yang dialami oleh Gwen,walaupun bertahun tahun hidup dengan kekerasan fisik yang diterimanya, nampaknya t. Yah, dari semua buku yang saya baca, tindakan kasar seperti yang dilakukan oleh ibu Gwen pasti menyisakan luka mendalam.


Garis merah yang saya tarik setelah melahap setiap kata, sadar atau tidak setiap penulis seperti menyepakati beberapa kata . Takut adalah salah satunya. Tema lain mungkin akan anda ketahui ketika membaca buku ini. Kesimpulan ini berdasarkan dari sudut pandang saya sebagai orang yang benar – benar awam pada karya sastra. Yang tentu saja tidak dapat dijadikan acuan.



Kupu – Kupu Dalam Kotak Kaca
Penulis: Rahmat Hidayat, M. Aan Mansyur, Asha Ray, Muh. Fauzan Mukrim, Shanti Yani Natsir, Al Ilham , R. Rachomi, D. Hendiyanto, Bouraq Cambuq, Wahyu Chandra, 
Penerbit:  Ininnawa
Cetakan:  1, Januari 2005
Tebal : 168 hal

2 comments:

ANTON said...

Boraq...cerpennya mana??
Paste kan ke Blog Gue DOng..

Redaksi said...

wah, sy senang membaca di blog ini sambil bersiul mendengkan lagu rhoma irama: kerudung putih. hehehe

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...