Friday 2 May 2008

Review: Lotta - Astrid Lindgren



Astrid Lindgren adalah salah satu dari banyak penulis novel anak-anak. Di rak buku saya sudah berjejer buku-buku karyanya yang telah diterjemahkan. Lotta, begitu judul buku dengan sampul depan yang menggambarkan seorang anak kecil yang terlihat marah. Apa yang membuatnya sedemikian marah? 

Lotta adalah satu dari tiga anak yang tinggal di keluarga Nyman. Sebagai anak paling kecil, Lotta tak dapat melakukan banyak hal sebebas kedua kakaknya, Jonas dan Maria. Semua hal itu membuatnya ingin tumbuh besar lebih cepat. Karena selama ini hanya Jonas ataupun Maria yang diperbolehkan keluar rumah untuk membeli permen di lapangan depan rumah saat hujan turun. Hingga ketika mendengar bahwa hujan membantu tumbuhan untuk tumbuh menjadi besar, ia pun memutuskan untuk membiarkan tubuhnya basah diguyur hujan. Benar- benar anak yang lugu.

Tak ada hari yang berlalu tanpa dihabiskan dengan bermain bersama kedua kakaknya. Walau terkadang banyak permainan yang dibuat kedua kakaknya terasa konyol. Dari bajak laut sampai menjadi dokter. Jonas dan Maria tahu bahwa Lotta tak paham dengan peran yang harus ia jalankan,sehingga tak jarang permainan harus berakhir hanya karena Lotta menolak meneruskan permainan. 

Tak hanya keras kepala, Lotta adalah anak kecil yang hanya mengikuti kata hatinya.
Lihat saja ketika ia diajak ibu mengunjungi Dokter Gigi. Saat itu ada gigi yang berlubang. Tak sekalipun ia membuka mulut saat dokter hendak memeriksanya. Hanya karena ia pernah mendengar bahwa Ayah, Mr Nyman melarangnya membuka mulut untuk orang yang tak di kenalnya. Benar benar anak yang lugu.

Dari kejadian di rumah sakit berlanjut sampai ke rumah Bu Berg, wanita yang tinggal di sebelah rumah mereka. Rumah Bu Berg menjadi salah satu tempat favorit mereka. Tak hanyakarena ia mengijinkan meeka masuk ke rumah dan membuka laci – laci miliknya, namun juga karena Bu Berg selalu membuatkan kue – kue yang lezat. Bu Berg sangat senang dengan kedatangan mereka dan dua kali lebih senang ketika akhirnyaketiga anak itu memutuskan ulang. Bu berg hanya ingin melanjutkan rajutannya yang tadi sempat diurai kembali oleh Lotta. 

Masih banyak hal lain yang dilakukan oleh Lotta yang tak jarang membuat saya tersenyum simpul. tidak hanya karen kenakalan, sifat keras kepala, namun juga karena keluguannya. 

Novel anak-anak punya keistimewaan tersendiri. Sayangnya semua itu baru dapat saya nikmati saat usia saya beranjak jauh meninggalkan masa-masa itu. Masalahnya hanya satu. Saat kecil dulu, tidak mudah untuk mendapatkan bacaan semacam ini. Seingat saya perpustakaan yang kerap saya kunjungi di waktu libur hanya menyajikan komik Asterix, Smurf, dan tentu saja beberapa bundel tebal majalah bobo. Tapi, tak pernah ada kata terlambat untuk membaca sebuah buku. Kata-kata yang dikatakan oleh seseorang yang membuat saya tak pernah malu membaca buku bergenre anak-anak ini. 

Lotta
Penulis: Astrid Lindgren
Penerjemah: Listiana Srisanti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: III, September 2007

Tebal: 184 hlm

No comments:

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...