Wednesday 14 January 2009

Mirror, Mirror On The Wall


Mirror, Mirror On The Wall
Penulis: Poppy D. Chusfani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, September 2008
Tebal: 176 hlm


Di luar sana banyak yang memandang sebelah mata pada buku-buku bergenre teenlit. Tidak salah sih kalau banyak diantara mereka yangmelakukan hal terebut. Karena memang kebanyakan dari buku buku tersebut ceritanya hanya berpuar – putar di masalah yang sama. Namun tidak berarti tidak ada teenlit yang seru untuk dibaca. Memang diperlukan kejelian untuk memilah – milih buku – buku tersebut.

Untuk amannya, saya lebih sering memilih teenlit terjemahan. Tapi tidak berarti teenlit karya lokal nggak ada yang bagus. Ada koq beberapa. Salah satunya adalah buku yang reviewnya saya tulis ini.

Semua berawal dari The Bookaholic Club,buku pertama mbak Poppy. Saya menyukai buku itu. Salah satunya karena buku bercerita tentang gadis remaja yang dicampur dengan unsur fantasi di dalamnya. Sebagai penggila buku bergenre fantasi buku ringan itu tentu sayang untuk dilewatkan.

Begitu tahu buku ini keluar tentu saya tidak ingin ketinggalan. Apalagi melihat judulnya. Mirror, Mirror On The Wall. Siapa yang tidak kenal dengan kata – kata itu. Tak perlu berpikir lama untuk memutuskan bahwa cerita kali ini juga ada campuran unsur – unsur yang sama dengan buku sebelumnya. Apalagi kalau melihat gambar di sampul depan. Ada sesuatu yang misterius di sana.

Kisah kali ini bercerita tentang seorang gadis SMU bernama Karin. Ia hidup bersama ayah dan seorang kakak perempuan. Ibunya sendiri telah lama meninggal.sejak saat itupula, untuk masalah perawatan rumah segalanya menjadi tanggung jawab kakaknya Lis yang dibantu oleh dua asisten rumah tangga. Semua kebutuhan Karin tidak ada yang tidak dipenuhi. Satu hal yang patut disyukuri. Sayangnya itu tidak da[at dilakukan Karin dengan sepenuh hati. Jangankan bersyukur untuk semua yang dimilikinya selam ini, bakan untuk kemampuan pada dirinya pun Karin tak dapat melihatnya.

Karin selalu saja merasa ada yang kurang pada dirinya. Tidak seperti kakaknya yang dianugerahi dengan kecantikan dan kepandaian, Karin merasa tidak ada yang istimewa dalam dirinya. Bahkan ketika Shawn, sahabat cowok satu – satunya yang ia miliki, telah berkali – kali berusaha untuk meyakinkanya.

Masalah baru muncul lagi ketika seorang cowok bernama Andre mulai menarik perhatian Karin. Karena merasa biasa- biasa saja, tidak heran jika Karin merasa ia tidak akan mampu merebut perhatian cowok paling keren di sekolah. Ia terlalu malu untuk melakukan apapun juga. Padahal kalau mau ia bisa saja melakukan banyak hal. Salah satunya adalah ikut paduan suara. Apalagi kalau melihat kualitas suaranya yang di atas rata- rata. Sayangnya pikiran negatif Karin mengalahkan semuanya.

Tidak ada yang berubah, sampai suatu hari, ketika Karin menemukan cermin tua di gudang rumahnya. Cermin itu berbingkai kayu jati berukir dengan ukuran yang cukup besar. Walau tua ternyata cermin itu masih bisa digunakan. Awalnya Karin hanya menganggap cermin itu sama seperti cermin – cermin lainnya. sampai suatu waktu, ia melihat tiga wanita cantik muncul dari dalam cermin. Bahkan cermin itu ternyata adalah pintu masuk ke sebua ruangan luas seperti keraton, dngan tiang – tiang dari kayu berukir dan dinding berwarna kehijauan. Nyi Rajadharma, Nyi Rajasita dan Nyi Rajasutri begitulah nama perempuan – perempuan yang saat itu mengenakan kebaya kuno namun terkesan sangat mewah.

Dari cerita mereka, Karin mengetahui bahwa ketiganya adalah penjaga cermin sekaligus pelindung keluarga Karin dan segala keturunannya. Mereka juga bersedia membantu apapun yang dibutuhkan Karin. Ada sesuatu yang menarik perhatian karin ketika mereka mengucapkan kalimat yang terakhir. Satu keinginan pun terucapkan. Tak perlu menunggu lama untuk membuktikan kebenaran kata- kata para wanita. dalam cermin. Dengan mudah ia lulus audisi paduan suara. Sehingga kini tak hanya satu, dua ataupun tiga permintaan. Karin nampaknya mulai ketagihan untuk terus meminta dan meminta

Shawn yang mengetahui keadaan tersebut telah berkali – kali mengingatkan namun semua itu diangapnya angin lalu. Karena Karin telah dibutakan oleh kesuksesan dan mimpi-mimpinya yang hampir menjadi kenyataan. Sayangnya Karin tak pernah tahu bahwa dirinya telah terjerumus. Karena tiga wanita itu ternyata menyimpan niat yang buruk. Sementara itu dirinya semakin lemah. Kekuatan gelap nyaris menguasai hidupnya bahkan siap mengambil alih seluruhnya.

Tidak seperti dibuku sebelumnya yang bercerita tentang cewek – cewek yang keren, Kali ini saya dibuat jengah oleh tokoh Karin. Semua itu karena tingkah dan pola pikirnya yang ogah – ogahan. Saya jadi maklum mengapa ia hanya punya satu teman. Tapi lepas dari tokoh cewek yang menyedihkan ini, ceritanya keren. Apalagi dengan adanya makhluk- makhluk gaib. Tidak hanya tiga wanita dari dalam cermin tapi juga makhluk gaib tambahan yang hanya kalian ketahui begitu membuka buku ini. Tak jarang mereka membuat saya tertawa.

No comments:

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...