Thursday 11 August 2011

Book Excerpt: Illicit Magic by Camilla Chafer



“Magic isn’t just,” I grappled for a word and settled, dully, on, “magic?”
Evan shook his head. “Magic comes in many different shapes and forms. For many, it’s illusion. The make a boat disappear, pull a rabbit out of a hat kind of magic. That’s not really even magic, it just looks like it. Humans like to call it magic anyway.” He held up a finger. “Then there’s learned magic. That’s people with an inclination towards the magical but who have to learn it to use it. They learn spells and incantations. They can mix up potions to cure ailments and influence people. Sometimes they have a core magic too, it runs a bit in their blood and that’s why they have a strong calling to magic. Then there’s us.” Evan raised another finger, paused, and raised another.
“What are we?” I whispered.
“We’re absolute magic. It’s in our blood and our bones. It’s in every fibre of our being. It is what we are. You and I are different but the magic affects our bodies and our brains in a similar way so we can manipulate the universe to do our bidding.”
“Can everyone do the same things?”
“No, of course not. Like regular humans aren’t all great at sports or can ride horses, or sail a boat.” Evan rested back in his chair and swung one long leg across the other. “Some can teleport, some have telekinesis, some are psychic, some can influence people or the weather or the air. Magic is different for all of us.”
“Is anyone both?”
“Yes, but usually the strengths go one way or the other.”
“Usually?”
“If someone has a weaker magic, say the core magic within them, then they could use learned magic to even up the score for themselves, make themselves stronger.”
“Is that why David will be teaching me too?”
“We thought it would be a good idea that you understood some of the learned magic while you practised controlling your own magic. David will be able to teach you the basics of things that can heal and protect you. Even if it comes to no use, you’ll at least have some understanding of that aspect of magic.”
“Okay.”
“Plus David has a great potion for a cold remedy, not that we get sick a lot.”
“A cold remedy?” It seemed a little absurd.
“He uses lemon and honey.”
“I hate to burst David’s bubble but Lemsip has already been invented.”
“Bet it doesn’t come with a spell to ward off infections though.”
“Will it turn me into a frog?” I asked facetiously.
“He’ll teach you that another time. I don’t recommend it.”
“What are you?” I asked, recalling that he had just said that we were different. I couldn’t see any difference, but maybe I didn’t know what I was looking for.
He looked me in the eyes and I felt my stomach do little flips as the silence hung in the air between us. I was about to prompt him when a knock at the door and a male voice announced David’s arrival.
I went to answer it but when I turned back to say goodbye to Evan, he had gone and I didn’t have a clue how he could have left the room without me seeing.
Show off.

About The Author

Hi, I'm Camilla and I'm the author of Illicit Magic and Unruly Magic, the first two books in the Stella Mayweather Paranormal Series. The series starts with a lonely young woman, Stella, who has been caught up in a terrifying witch hunt and is whisked thousands of miles away to what she thinks is safety to learn her craft. The series is a blend of magic, mystery and romance with a splash of humour - and while the girls really do go all out to save themselves, there's always a hunky guy or two on hand to help them out.

I live in London, UK but I try to travel as often as I can - lately I've been to Paris, all over Denmark, Luxembourg, and several US states. In my day job I'm a journalist and editor so I write for magazines, newspapers and websites throughout the world (my favourite assignment was spending a week riding rollercoasters - if you listen carefully you can probably still hear me screaming).



Giveaway



Don't miss the next stop on August 12 – Everyone Loves A SiNner 


Wednesday 10 August 2011

Review: Senyum - Raina Telgemeier



Senyum, novel grafis yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama bulan Juni lalu, bercerita tentang Raina selama beberapa tahun. Dimulai dari kelas 6 sampai pertengahan kelas 9. Cerita Raina berawal dari kunjungannya ke dokter gigi dan orthodontis bersama ibunya. Setelah diperiksa, akhirnya diputuskan Raina harus menggunakan kawat gigi dikarenakan struktur giginya yang overbite. Keputusan orthodontis membuatnya menjadi sedikit gelisah dan bingung. Menurut Raina tak ada yang salah dengan gigi-geliginya. Kawat gigi akan sangat merepotkan. Menurut teman pramuka yang telah lebih dulu menggunakan kawat gigi, ia harus menghindari beberapa jenis makanan. 


Belum juga siap dengan kawat yang akan digunakannya, Raina ternyata harus mengalami kecelakaan yang cukup parah. Di hari yang sama, di perjalanan pulang menuju rumah setelah selesai dengan kegiatan pramuka bersama teman-temannya, Raina jatuh tersandung. Insiden ini menyebabkan dua gigi depannya rusak. Yang mengerikan, salah satu gigi depannya tanggal dan gigi lainnya terdorong masuk ke gusi. Malam itu juga, ia dibawa ke ruang praktek dr Golden. Oleh pria yang telah menjadi dokter gigi keluarga, gigi Raina yang copot dipasang kembali dan menarik keluar gigi yang masuk ke gusi. Intinya kedua gigi Raina digips. Sayangnya usaha itu tidak mengembalikan kedua gigi depannya seperti semula. Menurut dr. Golden, terdapat kerusakan saraf pada empat gigi depan. Meraka harus melakukan perbaikan lain. Dibantu oleh dr. Dragoni, dokter orthodentis, perawatan dua gigi depan Raina pun di mulai. 


Selain kawat gigi, Raina juga harus menggunakan headgear. Untung saja benda yang terakhir itu bisa digunakannya pada malam hari. Sayangnya, kunjungan demi kunjungan ke kantor dr. Dragoni juga tidak membuahkan kemajuan berarti. Akhirnya para dokter gigi dan orthodontis sampai pada satu keputusan. Kedua gigi Raina yang bermasalah itu harus dicabut. Tak ada pilihan lain.


Tak butuh waktu lama untuk menuntaskan kisah Raina dan gigi-geliginya. Cerita yang dituangkan gambar ini sangat ringan. Walau demikian, tidak membuat saya membacanya sepintas lalu. Karena berbagai emosi tetap mengalir di setiap lembarnya. Terutama ketika membaca insiden demi insiden yang dilalui Raina. Selain kisah yang ringan, Artwork yang keren dan halaman penuh warna menjadi bagian yang menarik dari novel grafis ini. Saya bahkan berkali-kali membuka kembali halaman demi halaman untuk melihat gambar-gambar tersebut. 


Ekspresi-eskpresi di wajah Raina digambarkan dengan sangat baik. Sehingga tidak sulit untuk merasakan apa yang ia rasakan. Ketika jatuh ataupun saat menjalani perawatan. Rasa sakitnya bisa saya bayangkan. Bahkan sempat membuat saya berpikir kembali tentang niat untuk memasang kawat gigi. Tak hanya itu anak perempuan berambut cokelat ini membuat saya tersenyum ataupun terpingkal untuk beberapa hal konyol yang ia lakukan. Raina memang karakter yang menarik. Saya menyukai semua perubahan yang terjadi pada diri anak perempuan yang akhirnya mengerti apa yang harus ia lakukan. Saya sempat dibuatnya berdecak kagum ketika akhirnya ia berani memutuskan untuk meninggalkan teman-teman yang selalu menjadikannya bahan lelucon. 


Bisa dibilang saya menikmati cerita ini. Walau ada satu hal yang sedikit mengganjal. Ada beberapa istilah yang tidak diterjemahkan. Entah apakah memang tidak terdapat padanan kata dalam bahasa Indonesia. Salah satunya Overbite. Saya harus menggunakan mesin pencari untuk tahu dan mengerti apa maksud dari kata tersebut. 


Cover 
Cover yang diterbitkan oleh Gramedia ternyata tidak ada perubahan dari cover aslinya. Kecuali beberapa perubahan font. Covernya menurutku terlalu simple untuk sebuah novel grafis yang setiap halamannya penuh warna-warni menarik. Jika tidak membaca review Senyum di blog Mia dan hanya melihat sampul depan, saya mungkin tidak akan pernah tahu kalau buku ini adalah novel grafis. Terlepas dari desain yang sederhana, saya suka warna yang dipilih sebagai background.


4/5


Senyum 
Judul Asli: Smile
Penulis: Raina Telgemeier |Website | Twitter| Facebook 1 - 2
Penerjemah: Indah S. Pratidina 
Editor: Dini Pandia 
Cetakan: Juni 2011 
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama 
Tebal: 224 Hlm


#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...