Tuesday 25 October 2011

Review: Girls Under Pressure - Jacqueline Wilson



Aku pusing dengan berat badanku. Tubuhku bulat berisi dan pipiku tembam. Kata orang-orang aku tidak gemuk, tetapi cermin kan tidak pernah bohong!
 Jadi kuputuskan untuk berdiet gila-gilaan. Aku keranjingan berenang dan aerobik. Coba bayangkan! Ellie-Elephant berolahraga! Namun, aku merasa diet dan olahraga saja tidak cukup. Aku butuh cara lain untuk bisa kurus dengan cepat.
 ~~~
Kalau saja mereka tidak mencantumkan nama sang penulis di sampul depan, saya tidak akan pernah tahu kalau Girls Under Pressure adalah salah satu karya Jacqueline Wilson. Karena mata saya sudah akrab dengan Ilustrasi yang dibuat Nick Sharrat. Begitu pula bentuk font yang dipilih sebagai judul buku. Buku ini sama sekali tidak menyisakan sedikit pun sentuhan yang biasanya saya temukan di semua buku Jacqueline Wilson yang telah saya baca. Di beberapa halaman awal saya merasa ada yang hilang.

Girls Under Pressure adalah buku kedua dari serial Girls. Isu yang diangkat oleh Jacqueline Wilson di buku ini adalah Anoreksia dan Bulimia, dua kelainan pola makan yang tidak jarang terjadi pada perempuan, remaja maupun dewasa.  Mereka merasa dirinya sangat gemuk sehingga memutusakan untuk diet berlebihan bahkan tidak menyentuh  makanan sama sekali. Kalaupun akhirnya mereka makan, pada akhirnya semua yang telah ditelan akan mereka paksa untuk keluar lagi. Seperti masalah-masalah serius lainnya,  masalah berat badan dan diet berlebihan ini berhasil dikemas oleh Jacqueline Wilson dalam cerita sederhana. Sehingga para pembaca terutama target pembaca  tidak akan mengalami kesulitan untuk memahami pesan yang disampaikan. Itu juga yang menjadi alasan mengapa saya tidak pernah bosan dengan buku-buku yang ditulisnya

Buku ini ditulis dari sudut pandang Ellie, seorang siswa SMP. Awalnya tidak mudah untuk membedakan Ellie dan kedua sahabatnya, Nadien dan Magda. Saya seharusnya lebih dulu membaca seri yang pertama. Sehingga tidak perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk masalah yang satu ini. Tidak hanya ketiga gadis remaja itu,  di bab awal saya sempat menyangka kalau Eggs, adik Ellie, sebagai binatang peliharaan keluarga mereka.Untung saja hal ini tidak berlangsung lama. Karena pada akhirnya semua karakter dipaparkan dengan jelas. Kecuali Eggs. Kalau bukan karena Wikipedia, saya akan tetap menganggap Eggs sebagai anak perempuan

Sekalipun menjadi karakter utama, Ellie tidak lantas menjadi karakter yang saya sukai. Anak perempuan yang memiliki bakat di bidang seni ini justru membuat saya kesal sejak awal. Salah satunya karena sifatnya yang keras kepala. Tak seorang pun yang dapat membuatnya yakin bahwa tak ada yang salah dari dirinya sampai satu insiden besar terjadi. Namun sifatnya itu juga yang membuat saya penasaran sampai kapan ia akan bertahan. Karena ketika saya berpikir ia telah sadar akan kekeliruannya, ternyata ia masih saja melakukan diet gila-gilaan. Terlepas dari semua itu, saya menikmati saat Ellie menghabiskan waktu bersama Nadine dan Magda ataupun saat ia  berada di kelas seni.

Mengenai karakter lain,  saya tertarik pada sosok Eggs. Sayangnya hubungan Ellie dan Eggs tidak begitu menyenangkan. Ellie kerap menganggap Eggs sebagai pengganggu kecil. Sering kali komentar-komentar adik kecilnya itu membuat Ellie merasa kesal. Namun kalimat-kalimat itulah yang membuat saya jadi ingin membaca buku ini  dalam bahasa aslinya. Oh iya, Kalau bukan dari Wikipedia, saya akan tetap berpikir kalau Eggs itu anak perempuan.

Dari Wikipedia, tahun 2003 buku-buku yang bercerita tentang kisah Ellie ini ternyata diangkat menjadi drama seri dan telah tayang dalam dua musim. Satu hal yang sangat disayangkan, sosok Ellie tidak dibuat seperti halnya di buku. Walau begitu saya tetap ingin nonton satu episode. Penasaran ingin lihat celoteh Eggs.

Cover
Tidak ada masalah dengan pilihan warna, font ataupun ilustrasi yang dipilih Atria. Ilustrasi yang ada di dalam buku pun digambarkan dengan baik. Saya tidak bisa menahan untuk tidak tertawa kecil setiap kalu melihat gambar yang dibuat oleh Ony Marga, sang ilustator,  untuk mengilustrasikan Ellie. Namun kalau boleh memilih, saya lebih suka tidak ada satu pun ciri khas yang hilang dari buku-buku karya Jacqueline Wilson.

4/5


Girls Under Pressure
Judul Indonesia: Tekanan Batin
Penulis: Jacqueline Wilson
Penerbit: Atria
Tebal: 271 hal
Cetakan: I, Oktober 2009



No comments:

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...