Sudah menjadi ritual bagi Marji untuk menyiapkan Samovar, teh yang dicampur sedikit larutan sisa opium yang mesti dimasak selama tiga perempat jam, bagi neneknya. Namun malam itu, Marji menyiapkan dalam jumlah yang cukup banyak. Karena saat itu ada acara kumpul- kumpul bersama setelah jamuan makan malam yang juga dihadiri oleh ibu, bibi, teman serta tetangga yang semuanya wanita. Acara kumpul- kumpul yang lebih tepatnya di sebut diskusi untuk melepaskan unek – unek dan tentunya menjadi kegiatan favorit mereka.
Satu demi satu pun mulai bercerita dan akhirnya setiap kisah yang berangkat dari masa lalu itu pun terungkap. Dari masalah cinta, pengkhianatan dan keegoisan para pria, pernikahan yang kebanyakan berakhir dengan cerita yang menyedihkan, ataupun masalah keperawanan, wanita sampinan dan tak ketinggalan operasi plastik, dibahas dengan detail.
Seakan tak ada rasa canggung, semua cerita mengalir dari mulut mereka. Bahkan ketika kisah itu adalah pengalaman pahit mereka. Anehnya hampir semua cerita diakhiri tawa menderai. Walau tetap saja ada cerita yang membuat air mata meleleh dan tentu saja hal itulah yang sewajarnya terjadi. Karena hampir semua kisah yang diutarakan para wanita itu sungguh tragis. Mungkin cerita ini hanyalah sebagian kecil dari beribu cerita pahit yang dialami oleh para wanita di luar sana.
Yang menarik, semua kisah tragis itu tidak dituliskan dalam paragraf demi paragraf serius namun dituliskan dalam balon – balon percakapan dan tentunya setiap halaman penuh dengan ilustrasi. Setiap tokoh digambarkan dengan bentuk yang sangat simple, yang menurut saya sebagai pengemar komik jepang sedikit aneh. Sehingga tak heran jika para pembaca juga bisa ikut tersenyum ataupun tertawa terbahak bersama para wanita yang menuturkan kisah mereka.
Selesai melahap buku ini saya tidak hanya mendapat hiburan namun juga beberapa pelajaran penting tentang para pria dan terutama tentang kehidupan pernikahan. Walau sedikit miris namun tak sampai mengubah persepsi saya tentang hubungan sakral itu.
Dan tentu saja saja saya jadi lebih mengerti mengapa buku ini diberi judul Embroideries atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Bordir. Bahkan ketika melihat gambar benang dan jarum yang tempatkan di sampul belakang. Marjane Satrapi memang patut diacungi jempol. Sehingga tidak heran jika keahliannya mengolah cerita dan gambar membuatnya karya-karyanya digemari banyak orang. setidaknya Novel Grafis yang berjudul Persepolis menjadi Best Seller international. Sayangnya tidak hingga saat ini belum diterbitkan di indonesia. Namun buku lainnya Chicken With Plum telah terbit dan menurut beberapa review kisahnya tak kalah menarik dengan kisah yang dituturkan di Bordir.
Embroideries
Judul Indonesia: Bordir
Penulis: Marjane Satrapi
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Maret 2006
Tebal: 136 hlm