Hidup Marcel Groen beberapa tahun belakangan memang bisa dibilang tidak menyenangkan. Sejak ditinggal ibunya ke india, ia harus hidup dengan kasih sayang seorang ayah yang sangat sibuk dengan penelitiannya. Semua makin parah dengan kedatangan Meurouw Kramps. Awalnya wanita yang berprofesi sebagai pekerja sosial itu datang untuk memberi konsultasi. Namun akhirnya ia lebih sering ikut campur dalam kehidupan Marcel dan ayahnya. Yang mengesalkan, Kramps sering sekali menyudutkan Marcel. Bahkan untuk hal kecil sekalipun. Tak heran jika Marcel tak menyukai wanita yang semakin lama semakin sering berkeliaran di rumah Marcel.
Di sekolah, ternyata tidak kalah buruknya. Marcel selalu jadi bulan-bulanan. Nampaknya tak seorang pun yang mau jadi temannya. Yang membuatnya sangat sedih, ia tak pernah sekalipun diajak untuk bermain. Bahkan ketika tim sepakbola sekolahnya kekurangan orang. Marcel jadi sakit hati dibuatnya. Selama ini ia memang hanya sering mencobanya lewat game di komputer. Tapi Marcel sungguh-sungguh ingin bermain.
Tak berhenti sampai di situ,ada dua anak laki-laki yang selalu mengerjai Marcel setiap pulang sekolah menjadikan dunia semakin tidak ramah. Bagi Ed dan Luc, Marcel adalah mangsa empuk untuk ditonjok dan dihajar dengan pitingan judo yang mereka ciptakan sendiri. Pernah suatu kali, mereka berhasil melemparkan Marcel ke sungai. Kemalangan yang membuat Marcel harus menghindari kedua bersaudara penuh racun itu.
Sampai suatu hari, Professor Groen, Ayah Joshua, membawa pulang seekor kura-kura raksasa, yang panjangnya lebih dari 1 meter. Tidak hanya dari ukurannya yang membuat Marcel terkejut namun juga karena mengetahui bahwa kura-kura Brasil itu diam-diam bisa berbicara. Walau hanya kepada dirinya.
Namun tak butuh waktu lama untuk menyingkirkan rasa canggung. Dalam waktu singkat, Marcel dan Joshua menjadi sangat akrab. Tak ada lagi Marcel yang kesepian karena kini hari-harinya menjadi lebih menyenangkan. Bersama Joshua, Marcel melakukan banyak hal seru. Ia juga belajar banyak hal dari binatang yang sangat menyukai milkshake cacing. Walau mereka harus melakukannya secara diam-diam. Karena setiap gerak-gerik Joshua diamati oleh sang Professor.
Tak tanggung-tanggung, sebuah Neuromatascanner, sebuah sensor, di gunakan untuk mengetahui aktivitas otak kura-kura yang ditubuhnya dipenuhi warna hijau, cokleat, garis kuning di mana-mana serta titik – titik berwarna biru muda. Namun itu bukan masalah besar yang menghalangi Joshua dan Marcel untuk bersenang-senang.
~~
Menyesal rasanya baru membaca buku ini sekarang. Padahal saya telah memilikinya sejak dua tahun silam.Buku ini memang diperuntukan untuk anak-anak, namun tetap seru untuk dinikmati oleh siapa pun, tak terkecuali orang dewasa. Bahkan ketika buku ini dipenuhi dengan begitu banyak typo, saya tidak merasa terganggu sama sekali. Karena kesalahan yang satu ini juga yang menjadi daya tarik tersendiri.
Walau agak sedikit bingung ketika berhadapan dengan bab yang membahas tentang pertandingan sepak bola yang diikuti oleh Marcel,banyak hal yang membuat saya memilih untuk menuntaskannya sampai akhir. Salah satunya adalah tingkah dan ucapan Joshua yang lucu, yang membuat saya tak dapat menahan tawa. Padahal awalnya kura-kura yang satu ini terlihat sangat konyol. Tak hanya lucu, terkadang ada kata-kata Joshua yang membuat saya terenyuh.Tidak salah menjadi buku ini jadi salah satu koleksi.
Joshua Joshua Tango
Penulis: Robert Wolfe
Penerjemah: Monique Soesman dan Maya Sutedja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, September 2008
Tebal: 384 hlm
Penulis: Robert Wolfe
Penerjemah: Monique Soesman dan Maya Sutedja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, September 2008
Tebal: 384 hlm