Spoiler Alert!!!
Blue Bloods,
buku ini diceritakan dari sudut pandang Madelaine
“Mimi” Force, Bliss Llewellyn, dan Schuyler Van Alen. Mereka membawa saya menulusuri beberapa tempat penting di Manhattan, New York. Dari The Bank, sebuah gedung tua yang disulap menjadi klab malam sampa
Duchesne, sebuah sekolah swasta tempat mereka belajar. Sejarah keluarga pun tak
lupa mereka ungkapkan. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk mengenal tiganya.
Mimi Force, seorang gadis enam belas tahun yang sangat populer.. Ketenarannya
tidak hanya di sekolah. Bagi para wartawan New York, wajahnya yang cantik dan
menarik tidak lagi asing. Ayah dan ibunya, Charles Force dan Trinity Burden, dua tokoh penting dalam dunia media dan
masyarakat kelas atas di New York, membuat hal itu menjadi mungkin. Kepopuleran
itu juga membuat hampir semua siswa perempuan di Duchesne ingin menjadi
dayang-dayangnya. Seakan tak pernah ada masalah dengan sikapnya yang angkuh.
Bliss sendiri adalah murid pindahan. Seperti halnya Mimi, ayah Bliss juga
memiliki pengaruh penting. Keadaan ini pula yang membuat ia mengenal Mimi dan menjadi bagian dari kehidupannya yang
glamor. Sayangnya itu tidak membuatnya betah. Bahkan setelah berbulan-bulan sejak
kepindahannya ke Duchesne, ia masih tetap saja tidak menyukai kehidupannya yang
baru.
Berbeda dengan Mimi dan Bliss, Schuyler terlahir dari
keluarga yang lebih sederhana. Walaupun memiliki sejarah keluarga yang panjang
dan penting di masa lalu, ternyata itu tak cukup. Ia tetap saja menjadi
kalangan yang tersisih di Duchesne. Tapi itu tak membuatnya kecil hati. Schuyler
tidak kesulitan menjalani kehidupannya. Lagipula ia masih memiliki Oliver, sahabatnya
sejak kecil. Dan itu sudah lebih dari cukup.
Walau terlahir dari latar belakang yang berbeda, Darah
Biru menjadi benang merah yang menghubungkan ketiganya. Darah Biru adalah istilah yang digunakan para vampir untuk menyebut diri mereka. Sebuah pertemuan Komite
mengungkapkan semua hal tersebut. Dari pertemuan untuk kalangan terbatas itu
semua terungkap. Tidak seperti Schuyler dan Bliss yang baru mengetahui fakta tersebut,
Mimi telah mengetahuinya setahun lalu. Namun ia tak pernah menyangka ketika
mengetahui bahwa Schuyler, anak perempuan yang selama ini dipandangnya sebelah
mata adalah bagian dari kalangan elite yang selama berabad-abad menetap di New
York. Bagi Bliss, apa yang terungkap di pertemuan Komite adalah jawaban dari
semua pertanyaan yang membuatnya bingung selama beberapa minggu belakangan.
Walau terkejut, ia tak dapat menutupi kelegaan yang luar biasa.
Tak berbeda jauh dengan Bliss, Schuyler nyaris tidak
dapat mempercayai apa yang didengarnya. Namun dari penjelasan Mrs. Duppont sang
pemimpin Komite, ia akhirnya mengerti akan kejanggalan yang ia rasakan. Rasa Munculnya
Beauty, anjing peliharaanya, secara tiba-tiba bukanlah suatu kebetulan.
Kemampuannya melihat dalam gelap atau bagaimana badannya tetap kurus kini tak
lagi membuatnya heran.
Lebih banyak rahasia terungkap sejak pertemuan Komite
berakhir. Tidak hanya dari Neneknya, Oliver, pun ternyata menyimpan rahasia
penting. Yang mengejutkan adalah ketika mengetahui banyak hal di balik kematian
seorang anak perempuan di sekolahnya. Insiden
yang beberapa minggu lalu membuat gempar itu bukan hal yang pertama kali menimpa
kalangan Darah Biru. Kemungkinan terjadi hal yang sama dan lebih parah sangat
besar. Keberadaan mereka terancam. Walau
oleh anggota dewan tertinggi dari kalangan membantah keberadaan berita ini,
namun mereka tak dapat menutupi, bahwa
di luar sanaada sekelompok besar yang menamai diri mereka Darah Perak yang siap
membunuh mereka kapan saja.
~~
Senang
rasanya ketika mengetahui buku ini selesai diterjemahkan. Rating yang tinggi
dari beberapa blogger luar membuat saya penasaran dengan cerita di dalamnya. Bintang-bintang yang mereka berikan untuk buku ini pun
ternyata tidak bohong. Ide yang dituangkan Melissa dalam setiap babnya sangat menarik.
Ia tidak ragu untuk melahirkan tokoh vampir yang berbeda. Di dunia baru yang ia
ciptakan, matahari, bawang putih, ataupun salib
hanyalah mitos belaka. Sosok kejam Count
Dracula pun hanyalah rekaan semata. Walau pada bagian awal siklus hidup para vampir pun dituliskan Melissa sedikit membingungkan, namun semua semakin jelas ketika saya masuk ke bab-bab berikutnya. Bagian yang paling saya sukai adalah ketika membaca bab
yang bercerita tentang Darah Biru, Darah Perak dan Darah Merah.
Melissa juga berhasil menghidupkan beberapa karakter dalam buku ini. Salah
satunya adalah Mimi. Dari awal sampai akhir, saya dibuat kesal dan jengah
dengan semua tingkahnya. Namun peran yang ia mainkan menjadi salah satu bagian
yang penting dalam buku ini. Saya juga menyukai persahabatan yang terjalin
Oliver dan Schuyler. Sikap misterius para Dewan Darah Biru ataupun Cordelia,
nenek Schuyler juga yang membuat saya tetap penasaran.
Yang tidak kalah penting, hasil
terjemahan Blue Bloods tidak sekalipun membuat dahi
saya berkerut. Melahap Blue Bloods yang diterjemahkan oleh pihak Gagasmedia, membuat saya tidak ragu untuk membaca
Masquerade. Buku kedua dari seri ini yang juga telah diterbitkan Gagasmedia. Semoga empat
buku berikutnya akan secepatnya menyusul.
Namun, beberapa catatan kaki yang terdapat di beberapa bab awal membuat saya
sedikit terganggu saat membaca buku ini. Ada beberapa hal yang menurut saya
tidak membutuhkan penjelasan tambahan. Entah apakah catatan kaki ini memang
tertera dalam buku asli ataukah hanya sekedar tambahan yang dibubuhkan sang
editor.
Bagi yang menyukai dan
tidak pernah bosan dengan buku yang menyajikan sosok vampir, saya
merekomendasikan Blue Bloods untuk menjadi bacaan berikutnya.
Cover
Dibanding
cover aslinya yang memperlihatkan sebuah leher yang
jenjang dengan bekas gigitan vampir, saya jauh lebih suka design dan warna yang dipilih oleh Gagasmedia. Walau
saya masih tidak mengerti mengapa ada gambar
kunci di sana.
4/5
~~~~
Judul: Blue Bloods
Judul Indonesia: Darah Biru
Penulis: Melissa de la Cruz
Penerjemah: Christine Lianita Tumangkeng
Editor: Ayuning
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 351 hal
Cetakan: I, 30 April 2011