Tak pernah sekalipun terbersit di pikiran Precious Ramotswe kecil untuk menjadi seorang detektif ketika beranjak dewasa nanti.Walau harus menjalani hidup tanpa kehadiran ibunya, menjalani hidup bersama sepupu dan ayahnya sudah sangat membuatnya bahagia.
Prestasi yang menonjol sejak SD menjadi daya tarik tersendiri bagi Precious Ramotswe. Dan begitu saatnya mencari pekerjaan bukanlah hal yang sulit baginya. Selama empat tahun ia bekerja di kantor perusahaan bus. Tugasnya menghitung tagihan dan memeriksa pendapatan yang tertulis pada catatan para pengemudi bus.
Tak ada kejadian yang membuatnya bingung. Sampai suatu hari ia menemukan sedikit ketidakcocokan hingga lebih dari dua ribu pula pada bon tagihan bahan bakar. Penyelidikan pun dimulai, dan semua bukti hanya tertuju pada satu orang yaitu Juru Hitung. Dan itulah yang menjadi kasus pertama bagi Precious Ramotswe, yang bebeapa tahun berikutnya dipanggil hanya dengan nama belakangnya.
Keputusan mendirikan Kantor Detektif Nomor 1 muncul begitu saja, di saat-saat terakhir ayahnya. Tentu saja semua itu ditentang oleh sang ayah yang menginginkan ayahnya untuk memulai suatu bisnis melalui perternakan miliknya, yang semuanya akan diwariskan kepada Mma Ramotswe. Sayangnya malaikat pencabut nyawa sudah lebih dulu membawanya pergi sebelum sempat mengucapkan kalimat berikutnya. Walau tahu ayahnya tak setuju dengan idenya, Mma Ramotswe tetap dengan pendiriannya. Kantor Detektif Nomor 1 akan tetap berdiri.
Dengan uang warisan dari ayahnya, Mma Ramotswe mendapatkan rumah yang disulapnya menjadi kantor dan mempekerjakan seorang sekretaris Mma Makutsi yang akan membantunya mencatat segala hal. Dan berbekal beberapa buku panduan menjadi detektif, Mma Ramotswe optimis sebagai detektif. Hari – hari pertama, kantornya tak kujung kedatangan klien. Mma Ramotswe bahkan sempat kecewa, bahkan berpikir bahwa akhir bulan ia akan gulung tikar. Namun semua pikiran itu akhirnya hilang ketika suatu hari ia di kejutkan oleh teriakan Mma Makutsi, Klien pertamanya telah datang. Mma Ramotswe di minta mencari seorang pria yang menurut istrinya selama setahun telah menghilang entah kemana. Dari cerita wanita tersebut, akhirnya Mma Ramotswe akhirnya berhasil menemukan kebenaran tentang pria tersebut yang tentu saja membawa kesedian tersendiri di hati sang klien.
Satu demi satu klien datang dan pergi, namun Mma Ramotswe ternyata tak dapat menikmati hasil kerjanya sendiri. Bahkan semua pendapat yang didapatkannya ari klien kliennya tidak cukup untuk membayar gaji sang sekretaris. Ternyata ia tak hanya dibuat pusing oleh masalah – masalah dari para kliennya.
***
Walaupun masalah-masalah Mma Ramotswe tak seheboh Miss Maplenya- Agatha Christie, namun novel ini punya daya tarik tersendiri. Cara Mma Ramotswe memecakan masalah pun tak sampai membuat dahi saya berkerut. Pembawaan Mma Ramotswe juga tidak terlihat seanggun miss Maple, tapi membawa kesan tersendiri. Buku detektif yang cukup ringan untuk dibaca kapan dan di mana saja.
Sayangnya walaupun menjadi INTERNATIONAL BESTSELLER, ternyata di Indonesia buku ini tidak cukup menarik perhatian para pembaca yang suka dengan cerita detektif. Buktinya teman saya malah mendapati buku ini di obral habis-habisan. Padahal waktu saya beli dulu masih dengan harga aslinya. Huah…padahal ceritanya lumayan. Apa karena penerbitnya ingin membersihkan gudang penyimpanan buku? Entahlah.
Yang jelas saya lega menyelesaikan buku ini. Dan saya jadi ingin membaca kisa – kisah lain dari Mma Ramotswe yang akhirnya memutuskan untuk menikah lagi setelah beberapa tahun lamanya bertahan dengan kesendiriannya. Mungkin harus menunggu beberapa bulan lagi hingga akhirnya buku itu juga diobral seperti buku yang satu ini?
Kantor Detektif Wanita No1
Judul Asli: The No.1 ladies’ Detective Agency
Alexander McCall Smith
Penerjemah : Ibnu Setiawan
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Cetakan: I, September 2005
Judul Asli: The No.1 ladies’ Detective Agency
Alexander McCall Smith
Penerjemah : Ibnu Setiawan
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Cetakan: I, September 2005
No comments:
Post a Comment