Saturday, 10 November 2007

Review: Homeschooling; A leap for better learning - Sumardiono



Setiap orang dipercayai memiliki kelebihan dan bakat. Kelebihan dan bakat ini yang menjadikan setiap individu berbeda individu yang lain. Kelebihan pada setiap orang terkait erat dengan bentuk suatu kecerdasaan yang dimilikinya. Kecerdasaan yang dimaksud bukan hanya dinilai dari nilai ulangan semata. Dan sesungguhnya kecerdasaan tak semata hanya kecerdasaan seseorang dalam masala logika ataupun linguistik. Lewat teori Multiple Intelligences-nya, Howard Gardner mengungkapkan bahwa ada 9 macam kecerdasaan yang dimiliki setiap individu. Bahasa, kepekaan pada makna dan susunan kata, Logika Matematika, kemampuan untuk menangani relevansi / argumentasi serta mengenali pola dam urutan, Musikal, kepekaan terhada pola titinada, melodi, irama, dan nada, Kinestesis Tubuh, kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang objek dengan cakap, Spasial, kemampuan untuk mengindra dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek aspek dunia tersebut, Naturalis, kemampuan untuk mengenali dan mengklasisfikasi aneka spesies, flora dan fauna, dalam lingkungan, Interpersonal, kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan, Intrapersonal, akses pada kehidupan emosional diri sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain,Eksistensial, keahlian pada berbagai masalah pokok kehidupan dan aspek eksistensial manusia serta pengalaman mendalam terhadap kehidupan. Teori ini mencegah pelabelan bodoh yang mudah diberikan kepada anak anak yang dianggap gagal atau bermasalah dengan pendidikannya di sekolah umum.

Dari pengelompokan tersebut, setiap guru diharapkan dapat mengenali kecerdasan dari setiap murid muridnya dan dapat memilih caranya sendiri untuk menerapkan langkah langkah untuk membantu meningkatkan kecerdasan yang berbeda tersebut.Sayangnya untuk menerapkan teori ini di sekolah-sekolah terutama di Indonesia tidaklah mudah. Terdapat beberapa hal yang kompleks yang membutuhkan konsistensi tidak hanya dari guru, namun juga dari seluruh aparat sekolah bahkan orang tua murid.

Berangkat dari alasan inilah homeschooling hadir. Homeschooling menawarkan metode belajar yag dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak didik. Sehingga setiap anak mendapat kesempatan mengembangkan kreatifitas mereka tanpa takut akah ketinggalan hal penting lainnya. Pendidikan di rumah ini juga memberikan jadwal belajar yang fleksibel. Setiap keluarga bebas memilih kurikulum dab materi ajar. Bahkan biaya pendidikan pun dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga. Yang tak kalah penting, sistem yang mengharuskan orang tua terjun langsung untuk menangani pendidikan anaknya, ternyata membawa dampak positif terhadap hubungan keduanya.

Tak kalah dengan pendidikan di sekolah, Homeschooling yang ternyata telah dijalani oleh orang orang di seluru penjuru dunia telah mencetak sosok yang berhasil dan terkenal dalam kehidupannya, seperti Benjamin Fraknlin, Pearl S. Buck, Thomas Alfa Edison, Hanson. Di Indonesia sendiri sosok yang dibesarkan sistem pendidikan homeschooling antara lain KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka.

Namun seperti sekolah umum lainnya, homeschooling juga memiliki kekurangan bahkan banyak mitos tenyata mengikuti seiring maraknya penerapan sistem pendidikan ini di beberapa keluarga di Indonesia. Seperti masalah sosialisasi anak yang akan terbatas, biaya yang harus dikeluarkan ternyata tidak sedikit, belum lagi kesangsian banyak pihak mengenai prestasi anak yang dididik dengan sistem belajar di rumah ini.

Melihat semua tantangan tersebut, melalui bukunya Sumardfiono seorang praktisi homeshooling mencoba menjawabnya. Melalui riset bersama istrinya, beliau mencoba menjelaskan dengan runut semua hal yang perlu diketahui oleh orang tua yang ingin menerapkan homeschooling. Tak lupa pula beliau memberikan sejumlah rujukan yang dapat menjadi referensi serta dan memberikan sumber pelajaran yang dapat digunakan. Melalui bukunya, tidak salah jika homeschooling menjadi pendidikan alternatif.

**

A nice book to read

Sebelum membaca buku ini, saya termasuk dalam kelompok yang menyangsikan keberhasilan pendidikan di rumah. Bagaimanapun saya adalah hasil didikan sekolah yang memang hanya memandang anak yang pintar dalam logika dan bahasa sebagai anak cerdas selama 12 tahun lamanya. Saya sangsi dengan prestasi yang di miliki oleh anak ana homeschooling. Bagaimana jika dibandingkan dengan anak – anak keluaran sekolah. Namun buku ini mampu menjawabnya.

Dari buku ini juga saya tahu bahwa homeschooling telah dilegalkan oleh pemerintah dan di luar sana ternyata banyak komunitas dan para pemerhati homeschooling yang siap membantu setiap orang yang benar benar berkomitmen menyelenggarakan pendidikan di rumah.

Semoga saja dengan adanya sistem pendidikan ini, prestasi anak indonesia tidak hanya berkisar di mata pelajaran tertentu saja. Namun mereka bisa menjadi pribadi yang dari segi emosi dan spiritual.

Homeschooling - A Leap for better Learning; Lompatan cara belajar
Penulis: Sumardiono
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: I, 2007

2 comments:

Anonymous said...

homeschooling???
mahal oiy....capek juga ngawasinnya...
belum ngawasin suami....
mana yg prioritas yah???

Aleetha said...

hehehe...Homeschooling emang butuh komitmen mbak..

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...