Tak ada yang ditakuti oleh dua kakak beradik Patrik Dan Keely. Bahkan orang tua mereka pun rasanya tak mampu meredam semua tingkah aneh yang mereka lakukan. Seakan tak peduli dengan semua larangan keduanya, Keeli terus menerus memberikan tantangan baru pada Patrick, Begitu juga sebaliknya. Dari berlagak seperti Hitler di tengah kota, jalan di papan air terjun Taman Barnet, berendam di kolam penghisap darah yang membuat mereka kewalahan membuat lintah yang melekat sampai menunggang lola, kuda yang tinggal di padang rumput di belakang rumahnya, yang nyaris membuat kepalanya hancur. Keely tak pernah peduli tentang semua itu karena ia merasa dirinya adalah serang pahlawan yang dapat menyelesaikan semua hal dengan caranya sendiri.
Sampai musim panas tahun 1946 semua tidak lagi sama. Keceriaan yang biasa mewarnai hari-hari mereka berubah menjadi kelabu. Patrick terserang polio yang menyebabkannya harus berbaring lemah di tempat tidur. Tak hanya tangan dan kakinya lumpuh, polio menyebabkan semangat hidup Patrick juga ikut meredup. Seberapapun keras usaha ayah dan ibu untuk membuat suasana rumah kembali seperti dulu, Keely tahu semuanya takkan pernah sama
Namun Keely yang masih merasa dirinya seorang pahlawan tetap berusaha menghibur kakaknya dan menariknya kembali ke dunia mereka yang penuh dengan hal hal yang gila dan menyenangkan. Walaupun semua tidak membuat Patrick mau beranjak dari kamarnya. Lihat saja ketika Keely mengajak Ginny dan beberapa teman sekolah Patrick hanya membuat luka yang dirasakan kakaknya semakin dalam. Seolah tak peduli, Keely terus saja melakukan hal –hal yang dianggap Patrick konyol.
Beruntung, kedatangan Peggy sang perawat baru Patrick serta Alex yang bekerja mengurusi kuda seolah memberi tambahan energi baru bagi semuanya.
***
Dari semua teenlit yang saya baca, ini satu-satunya anak perempuan yang sangat hiperaktif. Dibandingkan dengan Alice dan Anastasia, Keely seakan tak mengenal kata lelah. Walau kadang terasa sedikit menjengkelkan, namun perjuangannya itu yang membuat saya kagum. Kalau bisa disandingkan, Keely tuh seperti Woody Woodpecker.
Berbicara tentang Patrick, rasanya ingin sekali menimpuk anak laki laki yang satu ini. Setidaknya untuk membuat dia sedikit sadar bahwa bukan hanya dia yang merasakan penderitaan. Kita tak pernah benar-benar memahami seseorang sampai kita merasakan apa yang ia rasakan. Tapi tidak berarti sampai harus membuat orang lain ikut sedih dengan penderitaan yang kita miliki
Dengan membaca buku ini, teenlit yang menurut saya hanya berisi cerita-cerita dangkal setidaknya berubah sedikit demi sedikit.
Keely
(Hero of Lesser Causes)
Julie Johnston
Penerjemah : Ade Reena
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan 1, September 2007
Tebal : 288 hlm