Saturday, 19 January 2008

Review: The Golem’s Eye by Jonathan Stroud


The Golem Eye
(Mata Golem)
The Bartimaeus Triology #2
Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Poppy Damayanti Chusfani
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I, Juli 2007
Tebal : 624 hlm


Dua tahun berlalu sejak insiden yang mengungkap pemberontakan Lovelace, penyihir yang berusaha merebut kekuasaan dari perdana menteri. Insiden yang juga mengubah kehidupan Nathaniel. Kini ia bukan lagi penyihir ingusan. Master sekarang adalah Miss Jessica Whitewell dan otomatis tinggal bersama wanita yang juga Menteri Pertahanan ini. Sayangnya hubungan mereka ternyata hanya sebatas master dan muridnya. Tidak lebih. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Nathaniel. Karena dirinya sendiri diberi jabatan sebagai asisten Mr Julius Tallow, Kepala Departemen Urusan Dalam Negeri.
Menjadi bagian dari pemerintahan tak hanya mengubah kepribadian dan watak Nathaniel, bahkan penampilannya. Itu yang dilihat oleh Bartimaeus ketika akhirnya dipanggil lagi oleh anak ini. ia diminta untuk menyelidiki kejadian yang akhir –akhir membuat pemerintah kalang kabut. Kerusakan terjadi dimana-mana. Dari ceritanya Jin yang berumur lebih dari ribuan tahun itu mengetahui Mr Tallow tanpa bukti menyimpulkan bahwa Kelompok Resistence patut dicurigai sebagai dalang utama. Namuan Nathaniel berpendapat lain. Ia yakin ada kekuatan lain yang berada dibelakang semua ini. dan untuk itulah ia mengikat Bartimaeus untuk kedua kalinya. Kembali terlibat dengan anak ini membuat Bartimaeus kesal bukan kepalang namun ia tak bisa menolak. Lagipula Nathaniel berjanji tugas kali ini hanya selama 6 pekan.
Penyelidikan pun dimulai. Semua bukti yang di temukan Bartimaeus mengarah pada satu kesimpulan. Golem adalah biang kerok dari semua kerusakan yang timbul. Walau hasil penemuan itu disangsikan, namun akhirnya mereka sepakat untuk mengirim Nathaniel ke Praha, negara asal Golem.
Tidak mudah untuk menyelesaikan tugas yang diembannya di Praha, negara yang dulu pernah mengalami masa kejayan namun kini jauh terpuruk. Tak sedikit insiden yang hampir membuat nyawa Nathaniel terancam. Beruntung, ia berpergian bersama Bartimaeus. Sayang Ia tak pernah tahu sampai saat ia kembali ke inggris.
Para kelompok Resistence berhasil mengobrak – abrik kuburan milik penyihir terkenal, GladStone Bukannya menuju titik terang, masalah yang ada malah semakin berat dan tak lupa tekanan dari semua atasan. Walau sempat membuat mereka berdua kewalahan, toh akhirnya kebenaran tetap terungkap
**
Saya nggak begitu suka dengan semua penyihir yang ada di dunia Nathaniel. Perlakuan mereka terhadap Commoner benar – benar keterlaluan. Satu demi satu keburukan mereka terungkap. Dunia sihir yang saya pikir menarik menjadi semakin gelap karena ulah mereka. sama sama bermungkin di Inggris, namun dunia penyihir di kota ini benar benar berbeda jika dibandingkan dengan dunia Harry potter. Ya iyalah, pengarangnya beda. Hihihi...kalau muggle selalu saya pandang sebelah mata, namun dibuku ini saya lebih mendukung commoner.
Eh dibuku kedua ini ada bonus pembatas buku yang lumayan tebal. Di buku pertama koq nggak ada yah?

No comments:

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...