Thursday, 12 February 2009
Review: Lord of The Shadows - Darren Shan
Review: The Historian - Elizabeth Kostova
Hari – Hari Bahagia Di Bullerbyn
Hari – Hari Bahagia Di Bullerbyn
Judul Asli: Mera OM Oss Barn I Bullerbyn
Penulis: Astrid Lindgren
Penerjemah: Purnawati Olsson
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: II, September 2002
Tebal: 136 hlm
Jika di buku Kami Anak – Anak Bullerbyn, Lisa bercerita tentang Lasse, Bosse, Anna, Britta dan Olle di buku apa saja yang mereka lakukan selama liburan sekolah. Di buku ini, Lisa bercerita tentang kisah anak – anak Bullerbyn di hari – hari istimewa mereka setiap tahunnya. Istimewa karena membuat semua orang yang tinggal di Bullerbyn merasa sangat bahagia.
Hari istimewa pertama adalah saat mereka merayakan natal. Bukan hanya karena di hari itu penuh dengan kue jahe, tumpukan roti hitam, ham, sosis, kembang gula dan makanan – makanan lezat lainnya, ataupun hadiah – hadiah yang akan diantarkan oleh Sinterklas, tapi juga karena kebersamaan yang mereka lewati.
Dari perayaan natal, hari istimewa berikutnya adalah saat merayakan tahun baru. Semua anak – anak Bullerbyn diijinkan untuk tetap terjaga. Bahkan untuk membantu kemeriahan pesta malam tahun baru itu, ibu Lissa menyediakan apel, kacang dan sirop.
Dari pesta natal dan perayaan malam tahun baru yang sederhana, cerita Lisa berpindah pada pesta di rumah Bibi Jenny, perayaan paskah di mana mereka bermain – main dengan telur –telur hias, hari kelahiran adik Olle, sampai pada perayaan ulang tahun kakek Britta dan Anna yang ke 80.
Secara garis besar, hari – hari bahagia itu memang identik dengan perayaan, namun kebahagiaan yang dirasakan oleh anak – anak Bullerbyn nampaknya terjadi setiap hari. Termasuk semua kisah kekonyolan Lasse dan Bosse, ataupun saat mereka menelusuri jejak sang hantu air dan tidak ketinggalan saat mereka mencari harta terpedam bersama – sama. Melihat semua yang dilakukan anak – anak Bullerbyn membuat saya berpikir bahwa untuk menjadi bahagia bukanlah hal yang rumit.
Kami Anak-Anak Bullerbyn
Kami Anak-Anak Bullerbyn
Judul Asli: Alla Vi Barn I Bullerbyn
Penulis: Astrid Lindgren
Penerjemah: Purnawati Olsson
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: II, September 2002
Tebal: 112 hlm
Bullerbyn, yang berarti Desa Ribut adalah sebuah desa yang sangat kecil. Karena di atasnya hanya terdiri dari tiga rumah. Pondok Utara, Pondok Tengah, dan Pondok Selatan.
Di pondok Utara adalah milik dua orang anak perempuan, Anna dan Britta. Tentu saja mereka tidak tinggal sendirian. Karena ada di pondok itu juga ada ibu dan ayah Anna dan Britta termasuk seorang kakek yang kini menghabiskan waktunya di kursi goyang. Di pondok tengah sendiri dihuni oleh sebuah keluarga dengan dua anak laki laki, Lasse dan Bosse serta adiknya Lisa. Sedangkan di pondok utara, anak laki – laki bernama Olle tinggal bersama ayah dan ibunya.
Karena hanya ada tiga rumah, makanya semua anak laki-laki dan perempuan itu menjadi teman sepermainan yang sangat akrab satu sama lain. Walau hanya berenam namun mereka semua bisa membuat desa itu menjadi sangat ribut. Bahkan sering kali mereka membuat para orang tua sedikit pusing karenanya. Terlebih jika Lasse dan Bosse yang terkenal sangat iseng mulai beraksi. Bahkan Lisa pun tidak jarang dibuat menjadi sangat kesal. Beruntung sejak ulang tahunnya yang ke tujuh, Lisa memiliki kamar sendiri sehingga tidak perlu lagi menghabiskan malam dengan cerita-cerita seram yang selalu diceritakan oleh keduanya. Lisa kadang berharap kedua kakaknya bisa sopan seperti Olle.
Karena keisengan itu jugalah yang membuat Lisa lebih suka menghabiskan waktunya bersama Britta dan Anna. Bermain boneka ataupun rumah – rumahan.
Kisah sederhana namun dikemas menjadi rangkaian kisah yang cukup menarik. Hanya mengandalkan semua yang mereka miliki ternyata bisa membuat anak – anak itu menjadi bahagia karenanya. Lihat saja semua anak – anak itu membuat markas di tumpukan jerami ataupun sekedar merahasiakan tempat tumbuhnya arbei liar. Belum lagi rencana konyol mereka untuk melarikan diri dari rumah.
Semua cerita mereka membuat saya teringat dengan masa kecil yang juga tidak kalah konyolnya. Rasanya tidak ada yang lebih menyenangkan selain menghabiskan waktu untuk bermain dan bermain.
Wednesday, 4 February 2009
Review: Abarat: Days of Magic, Night of War - Clive Barket
Lagi – Lagi Grace Aja
Lagi – Lagi Grace Aja
Judul Asli: Still Just Grace
Penulis: Charise Mericle Harper
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penerbit: Atria
Cetakan: I, September 2008
Tebal: 110 hlm
Setahun berlalu sejak kejadian “Grace Aja” yang menyebalkan. Tahun ini semuanya masih sama. Karena nama itu tetap melekat pada dirinya. Apa lagi ia masih sekelas dengan ke tiga Grace lainnya. Jadi wajar saja kalau tahun ajaran baru di kelas empat ini ia masih kesal. Terlebih lagi ada guru praktik baru, yang ternyata memanggil Grace F hanya dengan Grace.
Masalah berikutnya datang ketika seorang anak laki – laki bernama Max pindah ke sebelah rumah Mimi. Awalnya Grace memang sempat khawatir kalau – kalau Mimi, sahabat terbaiknya itu akan menjadi lebih akrab dengan Max. Namun semua kekhawatiran itu tak sempat lagi dipikirkannya saat ia menghabiskan liburan bersama neneknya di Chicago. Sehingga ketika kembali dari liburan, Grace menjadi sangat kaget ketika tahu bahwa kini Mimi menjadi lebih akrab dengan Max. Bahkan sekarang Sammy Stringer, anak laki – laki yang dulu sangat dibenci Grace telah bergabung bersama mereka.
Namun semua itu tak diungkapkan kepada Mimi. Karena secara mendadak Mim menjadi bersin – bersin begitu Grace mendekat. Selidik punya selikid, ternyata semua itu diakibatkan bulu – bulu kucing yang menempel pada baju Grace.
Hubungan Mimi dan Grace pun semakin renggang. Terlebih saat proyek kelas, mereka tidak berada berada dalam kelompok yang sama. Grace akan mengerjakan tugas itu bersama ketiga grace lainnya. Mimi sendiri ternyata memilih Max dan Sammy. Grace semakin sedih dibuatnya.
Beruntung, ada satu hal besar yang menarik perhatian Grace. Yaitu ketika tahu bahwa ada seseorang yang membutuhkan bantuannya. Orang itu tidak lain adalah Mr Frank, guru praktik, yang ide-idenya selalu ditolak oleh Miss Lois, sang wali kelas. Dengan kekuatan empatinya, Grace yakin kali ini misinya akan berhasil. Apalagi mengetahui bahwa ke tiga Grace lainnya, terutama Grace F, ternyata tidak seburuk apa yang dipikirnya selama ini.
Dibanding buku yang pertama, saya lebih menyukai buku ini. cerita kali ini benar – benar menyentuh. Rasa empati Grace membuat saya sangat tersentuh. Grace menjadi sangat keren karenanya. Tidak banyak anak – anak seperti itu.
Rasanya tidak sabar untuk membaca kisah Grace lainnya.Dari official websitenya, serial Grace setelah ini ada Is Grace Ready For A Real Dog of Her Own? dan Just Grace Goes Green. Semoga akan diterbitkan lagi
#SS2014: The Riddle
Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...
-
Alice terjatuh ke dalam lubang kelinci dan terdampar di negeri ajaib yang penghuninya jauh lebih ajaib lagi. Di sana, Alice mengala...
-
This week Feature: Aaron (Book Addict) of Dreaming About Other Worlds This Week Question If you are a fan of Science Fiction what is your fa...
-
Before she can rest in peace, Charlotte Usher must return to the tragic site of her death: high school. Once there, her assignment is to hel...