Sunday, 5 August 2007

Review: Edensor - Andrea Hirata



What is a name? 
Kalimat yang keluar dari mulut seorang Shakespeare tidaklah berlaku bagi setiap orang di Belitong. Karena menurut mereka nama adalah doa dan amanah untuk setiap orang yang memilikinya. Tak tanggung tanggung, Ikal harus mengganti namanya berkali kali hanya karena tingkah laku tak sesuai dengan nama yang disandangnya. Setiap hari kenakalannya semakin menjadi Andrea , nama yang akhirnya dipilih sendiri oleh ikal, setelah membolak balik majalah Aktuil. Nama yang diambil oleh seorang wanita yang nekat terjun dari gedung tinggi jika penyanyi pujaannya Elvis Presley tak membalas suratnya. Sehingga nama Aqil Barraq Badruddin, dan Wadhudh tak pernah lagi terdengar.

Bersama Arai, his patner crime, Andrea menjalani beribu hal yang membuatnya tertawa, kesal, sedih, bahkan terharu. Kerja keras dan kegigihan dalam menjalankansesuatu telah nampak dari keduanya sejak kecil. Kesemua itulah yang membuat keduanya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke Sorbonne.

Namun sebelum ke Sorbonne mereka harus ke Belanda terlebih dahulu. Di sana mereka bertemu Famke Somers, yang mengantar mereka untuk menemui Simon Van der Wall, sang landlord dan mengurus segala persuratan yang dibutuhkan. Sayangnya sambutan yang mereka terima tidak seramah yang mereka harapkan, Dan hal itu membuat mereka terpaksa bemalam di taman. Tanpa pemanas ataupun seseuatu yang bisa membendung sengatan dingin. Mereka harus berjuang melawan dingin yang membekukan darah dan menggigit tulang. Bahakn ketika temperature turun hingga minus sembulan derajat. Dengan bantuan lilin dan Ikan teri sangonlah mereka berdua dapat bertahan hidup.

Setelah bertemu dengan Dr. Michaella Woodward dan sekretarisnya Erika Ingeborg , mereka bisa mendapatkan semua yang mereka butuhkan. Barulah seminggu setelahnya, Ikal dan Arai bisa mendapatkan apartemen yang memberi pemandangan Menara Eiffel yang megah. Satu mimpi telah mereka taklukkan. . Menginjak Sorbornne, Paris.

Belum lama perkuliahan dimulai, Arai telah membuat ikal kalang kabut. Tiba tiba saja ia menghilang tanpa jejak. Setelah mencari kesana kemari, barulah Ikal sadar bahwa Arai ikut rombongan Hippies yang memperingati kematian Jim Morrison. Dan di depan pusara idolanya itu, Arai membacakan puisi untuk seorang wanita tak lain Zakiah Nurmala. Ha! Tak salah jika dulu ikal menyangka bahwa Arai diserang sakit gila nomor dua puluh enam : tak bisa membedakan di terima dan ditolak.

Di kelas, Ikal kembali menekuni kebiasannya sebagai pengamat. Ia mengenal Naomi Stansfield, The Brits, yang dengan bangganya menyemburkan kata kata Bollock! atau Bloddy Morron!, Sue Townsend dan beberapa mahasiswa amerika dengan kegemarannya mengucapkan F word, Katya dan teman temannya dengan Motto 3P, Saskia de Roojis dan Marike Ritsema yang brilliant, Abraham Levin dan pemuda Yahudi lainnya yang selalu menjaga jarak, beberapa mahasiswa perancis yang memandang tinggi persahabatan, Para mahasiswa Tionghoa yang memilih berkumpul sesama mereka namun bisa akrab dengan siapa pun. Dan akhirnya ikal menjatuhkan pilihan untuk bergabung bersama Vikram Raj Chauduri Manooj yang meminta agar tak seorang pun menyingkat namanya, Pablo Arian Gonzales yang jenaka dan terakhir bersama Ninochka Stronovsky yang pemalu.

Walalaupun setiap kelompok berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik di bidang akademis, namun diluar kelas kelompok kelompok itu menjadi satu di kafe Mahasiswa Brigandi et Bougreesses. Berpergian dari pub satu ke pub lainnya. Keakraban inilah yang membuat Ikal akhirnya bisa dekat dengan Katya, sang primadona kelas. Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Ikal tak pernah menyangka bahwa Katya akan memilih dirinya. Padahal Allesandro D’ arcchy, sang arjuna kelas saja ditampiknya. Sayangnya hubungan mereka berakhir karena hanya perbedaan prinsip. Dan ikalpun kembali kepada kenangan masa lalunya, Njoo Xian Ling.

Waktu terus bergulir dan menhantarkan mereka ke liburan musim panas. Arai dan Ikal sepakat untuk melanjutkan mimpi mereka menjelajahi eropa. Sayangnya masalah dana menghambat mereka. Sampai suatu ketika Famke Somers kemabli menyapa mereka dan memberi mereka solusi. Dengan bantuan beberapa teman Famke,.Ikal dan Arai bisa membiayai perjalanan mereka denga menjadi Live statue, patung hidup yang berbentuk Ikan duyung.

Perjalanan pun dimulai. Tak jarang senyum pahit yang tampak pada wajah mereka. Begitu banyak halangan. Semua bercampur aduk menjadi satu Ada kepuasan dari keduanya begitu mereka berhasil menuntaskan semua mimpi mimpi yang telah mereka rajut sejak di SMA.

***

Membaca petualangan mereka di beberapa negara membuat saya banyak mengernyitkan alis. Bahkan beberapa kali saya membaca ulang di bab bab tertentu sehingga setidaknya bisa ikut menikmati perjalanan yang terasa sangat rumit. Jika berada di sepatu mereka, saya tidak yakin bisa bertahan. Namun dalam hati terbersit keinginan untuk mengikuti jejak mereka. Tak perlu jauh jauh, Kota kota di Indonesia masih banyak yang belum saya jelajahi. 


Edensor
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang
Tebal : 295 Hal

4 comments:

Anonymous said...

a tiny correction for the label, it's non-fiction :)

Aleetha said...

Eh masa iya non-fiction...???

Hartinah said...

Numpang co'do' yah..
Genrex i2 mang non fiksi, sbagian bsar dri palaman nyata Andrea kan ? ! !
Sudah baca Maryamah Karpov nda ? ? Critax seru abbisss!!

Aleetha said...

Sampai sekarang Maryamah Karpov blom baca. hehe

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...