Friday, 30 May 2008

Chocolat


Chocolat

Penulis: Joanne Harris

Penerjemah: Ibnu Setiawan

Penerbit: Bentang

Cetakan: I, Oktober 2007

Tebal: 374 hlm


Cokelat Dipuja Sebagai Obat Pahit Kehidupan

Kegembiraan Yang Dibawanya Dahsyat Dan Mengerikan

Ketika berbicara tentang cokelat, saya yakin akan banyaknya pendapat yang beragam. Apalagi kalau membahas bagaimana lezatnya makanan yang satu ini. Dari dark cokelat, milk sampai white cokelat sampai yang telah diramu menjadi cake, pudding, ataupun minuman hangat, semua punya cita rasa tersendiri. Kata-kata tak akan mampu mengungkapkan kelezatan yang terkandung di dalamnya.

Namun apa jadinya jika aroma dan kelezatan cokelat menjadi hal yang dihindari oleh hanya karena pemilik toko cokelat memiliki pemahaman yang berbeda dengan masyarakat sekitar?

Setrlah lama mengembara tanpa arah dan tujuan yang jelas, akhirnya Vianne Rocher dan anaknya Anouk memutuskan untuk menetap di sebuah kota. Mereka tiba di Lansquenet-sous-Tannes saat itu sedang merayakan Pesta Karnaval. Sehingga saat itu suasana suram sedikit tertutupi dengan keramaian yang berada hampir disetiap sudut.

Membuka toko cokelat adalah keputusan yang diambil Vianne untuk menyambung hidup, berbekal kemampuan yang dimilikinya sejak bertualang bersama ibunya dari satu tempat ke tempat lain. La Celeste Praline menjadi nama yang diilih untuk tokonya. Bersama Anouk, Vianne mulai membenahi bangunan yang dulunya adalah sebuah toko roti.

Tak butuh waktu lama bagi La Celeste Praline menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut. Dekorasi yang benar benar memikat dan tentu saja cokelat cokelat jualan yang dipajang dengan beragam bentuk yang menggoda selera.

Sayangnya penduduk Lansquenet-sous-Tannes bukanlah orang-orang yang dengan mudah menerima pendatang baru. jangankan menyambut Vianne, yang terjadi mereka malah mencemooh. Apalagi setelah mengetahui bahwa Vianne dan anaknya tak akan pernah bergabung di satu misa pun yang diselenggarakan oleh pihak gereja. Terlebih ketika Vianne tetap membuka tokonya di hari minggu.

Aroma cokelat yang datang dari toko Vianne kini harus bersaing dengan gelombang kebencian oleh beberapa orang. Beruntung ada beberapa pelanggan setianya yang tetap membuatnya bertahan. Seakan tak peduli dengan serangkaian serangan maupun boikot, Vianne memutuskan untuk membuat festival cokelat.. Kegeraman orang-orang yang tidak menyukai Vianne dan toko cokelatnya kini tak dapat lagi dibendung.

Cerita yang menarik. Apalagi dibumbui dengan beragam bentuk cokelat yang dengan mudah membantu para pembacanya merasakan kelezatannya.

Sayangnya sampul dari buku ini tidak benar – benar mampu memperlihatkan kelezatan cokelat yang ada. Secangkir cokelat yang di sampul depan itu terlihat dingin dan tak lagi menggugah selera. Benar-benar tak sebanding dengan gambaran hot chocolate yang dihidangkan Vianne di tokonya.

Dari wikipedia, saya mengetahui bahwa buku yang telah difilmkan pada tahun 2000 silam ternyata memenangkan beberapa penghargaan dan dinominasikan dalam banyak penghargaan film bergengsi. Mungkin para juri tak hanya menilai dari cerita ataupun karakter yang berperan di dalamnya, namun karena terpikat dengan semua cokelat yang memang jauh lebih menggiurkan. Saya sendiri yang hanya melihat sedikit cuplikan filmnya berhasil dibuat lapar karenanya.

2 comments:

Anonymous said...

Hai Aleetha, aku menemukan blogmu di google dan sangat mengesankan bisa bertemu dengan seorang pencinta buku lainnya. mungkin bisa tukeran link? Blogku masih sangat baru dan cuma berisi beberapa posting.

http://storilicious.wordpress.com/

trims.
dian

Aleetha said...

Dian

happy blogging, tambahin GFC dong diblognya. Kalau tambahin RSS FEED ma email subscriber. jadi gampang dapatin updates terbaru dari blogmu

#SS2014: The Riddle

Here we go again~ Setelah dua tahun berturut-turut dapat buku terjemahan, tahun ini aku dapat buku dari penulis Indonesia. Ud...