Eragon, begitu anak laki laki berusia lima belas tahun itu dipanggil. Bersama sepupu, Ronan, dan pamannya, Garrow, Eragon menghabiskan hari –harinya di lahan pertanian yang berada di Alagaesia. Ia tak pernah tau bagaiman asal-usul ayah dan ibunya. Yang ia tahu hanyalah bahwa ibunya , Selena, meninggalkannya sejak ia lahir. Walau demikian ia tak pernah merasa kekurangan, karena Garrow membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Tak banyak yang istimewa dalam hidup Eragon. Sampai suatu hari ia menemukan sebuah batu biru yang mengilap di kawasan pengunungan Spine, ketika sedang berburu. Awalnya ia berusaha untuk menjual apa yang abru saja ditemukannya. Sayangnya tak satupun yang bersedia menukarkan benda asing tersebut denan sejumlah uang yang diinginkan Eragon.
Beberapa hari kemudian, benda itu menetas dan secara mengejutkan munculah seekor bayi naga. Sadarlah Eragon bahwa benda yang dianggapnya tak punya arga jual itu adalah sebuah telur. Kejutan tak berhenti sampai disitu. Ketika ia menyentuh bayi naga tersebut, tiba-tiba sebuah tanda muncul di telapak tangannya. Tanda yang menjadi ikatan antara keduanya. Eragon dapat membaca pikiran sang naga begitu pula sebaliknya. Pertumbuhan bayi naga itu ternyata begitu cepat sehingga ia memutuskan tidak lagi memeliharanya di dalam rumah Garrow.
Melalui Brom, Eragon banyak belajar mengenai Naga. Dari pria tua itu pula ia mengetahui sejarah para penunggang yang legendaris.
Pemilihan namapun dilakukan. Tak satupun nama yang dajukan oleh Eragon disetujui oleh sang naga. Sampai Eragon sadar bahwa naga yang disembunyikannya adalah naga betina dan akhirnya memilih Saphira sebagai nama untuknya.
Keberadaan Saphira tetap dirahasiakannya. Sampai suatu hari dua mahkluk asing yang berpenampilan bengis disebut Ra’zac tiba di Carvahall. Ternyata mereka mencari telur naga. Beruntung Eragon berhasil diselamatkan Saphira. Sayangnya nasib buruk menimpa Garrow. Tak hanya harta benda dan rumah mereka yang luluh lantah, nyawa Garrow juga akhirnya tak dapat diselamatkan.
Disetir oleh rasa amarah, Eragon berjanji akan membalaskan dendam atas kematian pamannya. Eragon dan Saphira ditemani Brom, mulai memperlajari lebih dalam bagaimana menjadi penunggang naga. Tak hanya belajar tentang sejarah dan naga, Eragon juga belajar ilmu sihir dan ilmu pedang. Dari Brom jugalah ia mengetahui bahwa klan penunggang naga kini punah karena telah ditumpas oleh Raja Galbatorix. Bahkan Ra’zac yang diutus ke Carvahall tak lain adalah utusan sang raja lalim.
Perjalanan menelusuri jejak Ra’zac tidaklah mudah. Hari –hari yang ditempuh bersama Saphira dan Brom penuh hal – hal yang berbahaya. Para urgal dan Shade adala salah satu ancaman yang harus mereka hadai.Untungnya tak hanya makhluk – mahluk mengerikan yang mereka hadapi. Karena Eragon juga akhirnya bertemu para Elf dan Kurcaci.
Perjalanan yang panjang ini membuat tekad Eragon tidak hanya untuk sekedar Ra’zac tapi juga bertekad untuk membangun kembali klan Penunggang Naga.
Naga adalah salah satu makhluk yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia fantasi. Walau bukan merupakan buku pertama yang mengunakan naga sebagai dari ceritanya, namun buku ini memberikan banyak sisi lain tentang makhluk besisik ini.
Sehingga membuat keberadaan Saphira disetiap chapternya, menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dibaca. Setidaknya percakapannya dengan Eragon menjadi satu hal yang paling saya tunggu. Sikap, tingkah laku bahkan cara ia memilih kata ketika berbicara dengan Eragon sering mengundang senyum. Yah, Christopher Paolini menurut saya sukses membangun karakter sang naga.
Diangkatnya buku ini ke layar lebar dan dirilis pada bulan desember 2006 ini, tak menutup kemungkinan karena berangkat dari alasan yang sama. Saphira memang sungguh memukau. Sayangnya seperti film –film yang diadaptasi dari sebuah buku fantasi selalu saja ada kekurangan yang saya rasakanTermasuk sosok Saphira. Tak berhenti di situ, film ini juga terlihat begitu gelap bahkan ketika matahari bersinar sekalipun.
Kembali ke buku, ada sesuatu yang sedikit mengganggu dari kehebatan cerita. Begitu banyak tokoh- tokoh tambahan yang digunakan dalam buku ini. Sehingga pada awal – awal cerita membuat saya sedikit kebingungan. Walau tetap tidak mengubah serunya petualangan.
Eragon
Penulis: Christopher Paolini
Alih bahasa: Sendra B. Tanuwidjaya
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Juni 2004
Tebal: 568 hlm
Penulis: Christopher Paolini
Alih bahasa: Sendra B. Tanuwidjaya
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Juni 2004
Tebal: 568 hlm
2 comments:
aku kurang suka Trilogi Inheritance ini :) menurutku buku ini dibikin berpanjang-panjang, jalan-jalan keliling-keliling dulu baru pergi ke tujuan. lagipula, menurutku bagian pertamanya persis banget dengan buku pertama serial Wheel of Time.
Kalau buku pertama Ally masih suka
Sama dengan Wheel of Time? Ally nggak pernah baca bukunya.
Post a Comment