Jalan – jalan keluar negeri ataupun mengunjungi kota – kota lain di Indonesia adalah satu dari sekian banyak mimpi yang saya tulis di jurnal sejak kecil. Bahkan saya telah menjadikan satu kota dan satu negera menjadi resolusi seumur hidup. Sayangnya sampai usia yang setahun lagi memasuki seperempat abad ini, Kesempatan dan kemampuan memang belum datang menghampiri. Jadi wajar saja kalau sampai umur segini saya hanya bisa menikmati cerita –cerita orang lain melalui artikel mereka di koran, buku, blog maupun TV. Walaupun tidak bisa melihat langsung, namun seakan ada rasa haus yang terpuaskan setelah melahap semua artikel dan tayangan tersebut. Sambil terus bertanya pada diri sendiri, kapan saya akan melakukan petualangan sendiri.
Ciao Italia; Catatan Petualangan Empat Musim, begitu judul buku yang ditulis Oleh Gama Harjono. Dari kata empat musim, saya mengambil kesimpulan bahwa Gama tidak menjadi turis. Sebenarnya saya bisa saja langsung melihat resensi yang ada di belakang buku ini. Namun tidak saya lakukan, semua kalimat – kalimat itu hanya akan menghancurkan petualangan baru saya.
Begitu membuka buku ini, saya langsung disuguhkan beberapa foto-foto berwarna. Dari banyak foto bangunan, hanya satu yang saya tahu, Colloseum. Malah Menara Pisa yang terkenal itu tidak tampak. Saya akui hanya dua bangunan itulah yang saya ketahui jika berbicara tentang Itali. Selebihnya pasti saya hubungkan dengan Pizza, Keju, Spaghetti, Gondola beserta sungai yang tidak jernih. (itu yang terlihat di tv dan di ceritakan di salah satu novel anak - anak). Tentunya tak lupa dengan Liga Itali yang dulu sempat membuat saya betah berjam – jam duduk di depan TV. Ternyata yang saya ketahui hanya sebagian kecil dari ribuan hal yang diceritakan Gama di bukunya.
Yang membuat saya tergelak adalah karena Lira tidak lagi disebut – sebut sebagai mata uang negara ini. Mata uang Euro telah menggantikannya. Padahal sebelumnya dengan bangga saya akan mengucapkan Lira ketika ditanya tentang Itali. Dari cerita Gama juga, saya baru tahu bahwa patung David yang terkenal dan sempat muncul di salah satu episode Sponge Bob ini ternyata ada di Italia. Ampun dah.
Kembali ke petualangan Gama, seakan tak ingin menyia-nyiakan satu detik pun, semua waktu luang digunakan untuk menjelajahi setiap sudut kota . Tak hanya bercerita tentang bangunan- bangunan bersejarah termasuk Museum Seni, Gama juga tak pernah lupa melampirkan semua biaya yang dikeluarkan untuk transportasi. Sehingga buku ini terkadang menjelma menjadi buku panduan. Dan alasan saya mampu melahap setiap lembaran di buku ini karena foto – foto yang turut mendukung cerita tentang keindahan kota – kota di Itali. Saya jadi sedikit mengerti kenapa Gama sampai melakukan banyak pengorbanan hanya untuk bisa menetap di negara ini.
Dari semua kota , yang paling membekas adalah Naples . Dari cerita tentang segala jenis Coffee dan rasa pizza yang katanya enak banget . Dari tulisan Gama, saya bisa ngambil kesimpulan rasa pizza yang beredar di indonesia nggak ada apa-apanya. Tak hanya dari Coffee dan Pizza, yang mengejutkan ternyata gerbong Mafia ternyata bukan hanya ada di Godfather ataupun Man on Fire-nya Denzel Wasington. Di Naples, mereka masih beraksi. Jangan tanya berapa banyak korban yang berjatuhan. Nampaknya sampai saat ini pihak kepolisian juga tak mampu berbuat banyak.
Dari Naples, bagian yang menyenangkan adalah mengikuti kunjungan Gama ke perayaan – perayaan hari besar di Italia. Dari sana saya bisa tahu bagaimana gaya hidup orang italia yang sesungguhnya. Ada beberapa hal yang sama seperti yang terlihat di film. Tak kalah penting adalah sajian makanan – makanan khas yang tentu saja tidak hanya berupa Spaghetti dan Pizza. Yang mengejutkan, di beberapa lembar terakhir, ada sisipan resep.
Yang jelas tak ada habisnya kalau mau mengomentari satu demi satu hal yang dituliskan Gama dalam bukunya. Banyak hal yang saya pelajari dari buku ini.
Sayangnya di buku ini tidak ada peta yang menggambarkan semua perjalanan yang telah di tempuh Gama.Sehingga sekali lagi saya mengandalkan Wikipedia untuk mengetahui letak kota – kota tersebut. Ironisnya, tak satupun nama Perugia , kota tempat tinggal Gama selama setahun belajar di itali, yang tertera di peta. Tak salah kalau Gama menuliskannya sebagai kota kecil.
Namun lepas dari hal di atas, buku ini tetap menarik untuk dilahap. Setidaknya bisa jadi panduan baik bagi orang – orang yang sebentar lagi akan melakukan perjalanan ke sana ataupun yang masih berjuang untuk mewujudkan mimpi jalan – jalan ke negara lain. Memang tak salah kalau ada pepatah yang mengatakan, “Di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan” karena semua kata itu terbukti di buku ini.
Ciao Italia; Catatan Petualangan Empat Musim
Penulis: Gama Harjono
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: I, 2008
Tebal: 288 hlm
No comments:
Post a Comment