Imperia
Penulis: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Akoer
Cetakan: I, Juni 2005
Tebal: 434 hal
Penulis: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Akoer
Cetakan: I, Juni 2005
Tebal: 434 hal
Butuh waktu tiga tahun sampai akhirnya buku ini tiba di rak buku saya. Walau telah lama menuliskan judul buku ini dalam list to buy, buku ini tak kunjung mampir. Sampai suatu hari melalui kuis yang di gelar KUBUGIL saat merayakan ulang tahunnya yang pertama, kesempatan saya untuk mencicipi buku dan menjadikannya salah satu penghuni rak di rumah akhirnya kesampaian juga.
Menarik. itu kesimpulan yang saya tarik ketika membaca beberapa bab awal dan itu bukan keputusan yang terburu – buru. Tak hanya dari prolog yang memancing rasa penasaran, bahkan sampai pada epilog yang dibuat oleh sang penulis menjadi akhir cerita pun rasa penasaran itu seakan tidak pernah habis.
Buku ini memang sedikit berbeda, apalagi untuk buku yang tulis oleh penulis Indonesia. Karena , tidak seperti buku – buku yang lain, buku ini memiliki beberapa karakter kuat yang masing – masing memiliki sumbangsih untuk membuat buku ini lebih hidup. Bahkan mengajak semua pembacanya melihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Dari Wikan, wanita yang baru saja menjejakkan kaki sebagai pemburu berita, Melanie Capricia, si penyanyi terkenal bahkan sampai Jenderal Pur, pria yang punya segalanya. Sehingga dengan mudah mengetahui alasan demi alasan yang melandasi terjadinya semua insiden yang terjadi dibuku ini.
Satu hal yang juga menjadi kekuatan buku ini adalah lengkapnya data dalam buku ini. Seperti buku yang lain, saya diajak bertualang. Perjalanan dimulai dari sebuah rapat redaksi sebuah majalah yang terlihat sangat seru. Dari bahasan politik sampai yang ringan sekalipun seperti berita selebriti. Hal ini mungkin mudah dituangkan oleh sang penulis yang saat menerbitkan bukunya masih berstatus sebagai wartawan majalah Tempo. Sehingga gambaran jelas seorang Wikan sebagai wartawan baru bisa saya tangkap dengan mudah. Membaca buku ini, pandangan saya tentang kehidupan seorang wartawan berubah. Kehidupan mereka ternyata jauh lebih hectic dari yang saya bayangkan sebelumnya.
Tak hanya wartawan, kehidupan seorang penyanyi sampai konflik plagiarisme para pencipta lagu pun ada di sini. Semua dituliskan dengan rinci. Bisa dibilang, pengamatan terhadap musik dan lagu sangat mendalam. Saya jadi benar-benar penasaran dengan semua lagu yang ada di dalam buku ini. Apalagi yang berkaitan dengan lagu – lagu milik grup band R.E.M.
Seakan ingin memberitahu kepada semua pembaca bahwa Akmal Nasery Basral benar- benar serius menuliskan novel perdananya, data tentang rasi bintang pun di tulis dengan lengkap.
Dari rasi bintang, perjalanan juga sempat singgah ke pembahasan ESP( Extra Sendory Perception). Sayangnya harapan saya pada kemampuan yang terdapat pada salah satu sang tokoh ternyata tak mampu menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga terasa ESP yang dicertiakan ini hanya sekedar bumbu tambahan yang tidak ada juga tidak akan merusak cerita.
Perjalanan terus berlanjut ke salah satu negeri Eropa. Di Kontanz, Jerman tepatnya. Dari mata Wikan, saya bisa tahu keindahan kota ini, merasakan dingin yang menggigit, ataupun merasakan asyiknya menggunakan kereta api tanpa harus berdesakan dengan ratusan orang seperti yang sering dialaminya di kereta api listrik Bogor-Jakarta. Arsitektur gedung – gedungnya juga tak kalah menarik. dan tentunya yang menjadi fokus adalah sebuah patung wanita yang sedikit seronok bernama Imperia, yang juga di pilih menjadi gambar yang menghiasi buku ini. Dari Wikipedia, gambar imperia terlihat lebih indah.
Yah, desain sampul menjadikan Patung Imperia tidak menjadi terlihat seindah aslinya. Apalagi pemilihan warna biru menjadikan sampul luar buku ini jauh dari menarik. Sangat disayangkan memang untuk sebuah buku yang memiliki cerita yang kuat di dalamnya. Tapi untuk seorang kutubuku, hal ini tentunya bukanlah halangan berarti untuk menyicipi setiap kalimat di dalamnya.
No comments:
Post a Comment