The Count of Monte Cristo, buku setebal 568 halaman ini dimulai dengan kisah hidup seorang kelasi Kapal Pharon, Edmond Dantes. Tanggal 24 Februari 1819, bersama kru kapal lainnya, ia mendarat di Marseilles. Setelah tiga bulan melaut, pertemuan kembali dengan orang-orang terkasih adalah hal yang paling dinantikannya. Pesta pertunangan dengan kekasihnya, Mercedes pun dilangsungkan keesokan harinya. Pada hari yang sama, oleh sang pemilik kapal, Monsieur Morrel, Dantes diangkat menjadi kapten kapal menggantikan kapten yang sebelumnya mangkat. Namun takdir berkata lain, kebahagiaan itu hanya berlangsung dalam waktu singkat. Seorang komisaris polisi dengan surat perintah penahanan menerobos masuk ke dalam pesta. Edmond Dantes ditahan.
Ada yang salah dalam penahanan ini karena kelasi berumur sembilan belas tahun itu tidak melakukan satu kesalahan apapun seperti yang dituduhkan oleh sebuah surat misterius tanpa nama. Ia sama sekali tidak terlibat ataupun turut mengambil bagian dari Bonapartis. Tak butuh waktu lama untuk menyimpulkan bahwa ada komplotan jahat yang tak senang melihatnya hidup bahagia.
Sebenarnya hari itu juga ia dapat menghirup udara bebas dan kembali berkumpul bersama ayah dan Mercedes. Bahkan sang penuntut umum, Monsieur de Vildefort, pun sebenarnya tidak punya alasan kuat untuk menahan Dantes. Namun keserakahan telah menutup mata dan hati nurani sang penegak hukum. Bukannya mengembalikan Dantes ke pesta yang ditinggalkan begitu saja seperti yang ia janjikan sebelumnya, Vildefort malah mengirim sang kapten kapal ke Chateau d'If, rumah tahanan yang berdiri diatas sebuah pulau, yang diperuntukan bagi tahanan politik.
Oleh sang sipir, ia ditempatkan di sebuah sel bawah tanah yang gelap dan lembab. Ruangan sempit itu hanya diterangi lampu yang sumbunya terendam minyak kental. Bertahun-tahun mendekam di tempat yang mengerikan itu sempat membuat semangat Dantes pupus. Harapan untuk bertemu dengan ayah dan Mercedes dikuburnya dalam-dalam. Ia bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidup. Sampai suatu hari ia bertemu dengan penghuni sel lain yang berencana untuk melarikan diri dengan menggali sebuah terowongan. Abbe Faria, begitu ia menyebut namanya. Terowongan yang dibuatnya selama empat tahun itu jauh dari selesai. Namun setidaknya menghubungkan sel mereka berdua. Mereka memanfaatkan semua waktu untuk bertemu, bertukar cerita sampai meneruskan misi pelarian saat penjaga penjara tak berkeliaran di bawah tanah. Bersama Faria, sang pria renta, Dantes belajar banyak hal. Dalam waktu enam bulan ia menguasai beberapa bahasa baru. Di bulan ke lima belas terowongan yang mereka buat pun selesai. Sayangnya hasil kerja mereka tak dapat digunakan. Faria sekarat. Sebelum menjemput ajal, sebuah rahasia besar ia diceritakan kepada Dantes. Sebuah rahasia besar yang membuat hidupnya sang kapten berubah. Rahasia yang memberinya kekuatan untuk keluar dari penjara yang didiaminya selama 14 tahun dan memulai rencana demi rencana untuk membalas sakit hatinya. Rahasia yang sama juga memulai petualangan sang Count of Monte Cristo.
Suka! Awalnya saya sangsi dapat melahap buku ini. Tidak hanya ketebalan dan ukuran font yang sangat kecil. Namun semua itu tidak menjadi masalah, karena kisah yang ditawarkan ternyata mampu menarik perhatian saya. Hanya dengan membaca beberapa halaman awal saya yakin buku ini tidak akan mengecewakan. Dan itu memang terbukti. Sampai beberapa bab terakhir pun, saya tidak kehilangan antusias untuk mengetahui bagaimana sang penulis mengakhiri cerita Count of Monte Cristo ini. Banyaknya tokoh baru yang bermunculan ditengah-tengah cerita disertai dengan nama yang agak susah untuk dilafalkan tidak menjadi gangguan yang berarti.
Tokoh yang paling menjadi favorit saya dalam buku ini tentu saja Count of Monte Cristo. Kemampuannya menarik simpati membuat saya terpana. Terutama di semua bab yang mengisahkan pertemanan yang coba dijalinnya. Pembawaannya yang tenang membuat rasa dendam dan kebencian yang disimpan jauh di dalam hatinya bahkan tak terlihat. Kecerdasaannya pun membuat saya kagum. Lihat saja bagaimana semua rencana yang disusun dengan matang. Perlahan namun pasti. Musuh-musuh Dantes juga memainkan peran mereka dengan baik. Kelicikan dan keserakahan yang ada dalam diri mereka menjadi bagian dari bumbu penyedap di buku ini. Namun tidak ada yang lebih menyenangkan menyimak bagaimana mereka akhirnya jatuh satu demi satu. Salut untuk kepiawaian Alexandre Dumas, sang penulis.
Tidak menyesal rasanya membaca buku yang menjadi salah satu pilihan Blogger Buku Indonesia untuk bulan Juni ini.
Cover
Warna gelap dan kelam sebagai latar belakang rasanya cukup mewakili apa yang ada di dalam buku ini. Sosok Dantes yang digambarkan juga rasanya pas. Yang membuat penasaran adalah bangunan yang berdiri di atas tumpukan karang. Untuk mewakili rumah tahanan Chateau d'If rasanya terlalu mewah.
Di wikipedia, terdapat diagram yang menggambarkan hubungan setiap karakter yang ada di buku ini. Bahkan yang hanya disebut beberapa kali pun tertuang di diagram ini. Untuk lebih lanjutnya silahkan lihat di sini
4/5
4/5
Penulis: Alexandre Dumas
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang
Cetakan: I, Maret 2011
Tebal: iv + 568 hlm
No comments:
Post a Comment